REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan kepada seluruh umat Islam melakukan shalat gaib untuk para syuhada haji yang wafat, khususnya pada insiden Mina.
Shalat gaib bisa dilakukan di masjid usai shalat Jumat serta mendoakan seluruh jamaah haji lain agar diberi keselamatan dan kekuatan menunaikan seluruh proses haji dengan sempurna hingga memperoleh haji mabrur.
Rois Aam PBNU, KH Ma'ruf Amin mengatakan shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah yang diwajibkan kepada seluruh umat Islam dengan prinsip keterwakilan. Shalat ghaib hukumnya sah sebagaimana shalat jenazah.
"Shalat gaib ditujukan untuk dluyufurrahman yang wafat di tanah suci karena peristiwa Mina," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (25/9).
Tata cara shalat gaib sama dengan shalat jenazah, dengan empat takbir tanpa ruku dan sujud. "Shalat gaib dilaksanakan dengan berjamaah, dan juga bisa dilaksanakan sendiri," kata Ma'ruf.
PBNU juga meminta Pemerintah Saudi dan juga Indonesia memstikan penanganan korban Mina dengan baik. "Pastikan pula manasik bagi korban yang sakit tetap terpenuhi," ucapnya.
Pemerintah Indonesia harus memastikan seluruh jamaah haji Indonesia dapat menuntaskan seluruh manasiknya dengan menjamin terlaksananya seluruh rukun dan wajib haji secara baik.
Kepada seluruh jamaah haji Indonesia, termasuk para pembimbing diimbau selalu tertib dalam pelaksanaan manasik, mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, memastikan keabsahan pelaksanaan manasik, memastikan kenyamanan dan keamanan, serta kesehatan para jamaah.
"Mengejar yang afdhal dengan cara yang bisa menyebabkan bahaya, baik pada diri maupun orang lain adalah tidak diperkenankan," kata Ma'ruf.
PBNU akan memberikan masukan kepada pemerintah Saudi untuk terus mencari pola dengan mengajak negara yang memiliki jamaah besar dalam peningkatan pelayanan haji.