REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah media asing menyoroti 50 tahun pascainsiden gerakan 30 September PKI (G30S PKI). Salah satunya, yakni media berbasis di Inggris BBC. Dalam tulisannya, BBC memberi judul "Time running out for witnessses of Indonesia's darkest hour".
Koresponden BBC mengawali tulisan dengan menceritakan tentang pergerakan tujuh unit militer pada 1 Oktober 1965 di ibu kota Jakarta. Unit militer itu bergerak ke tujuh rumah jenderal angkatan bersenjata.
Tiga jenderal terbunuh langsung, tiga ditangkap, dan satu jenderal lainnya Abdul Haris Nasution berhasil lolos. Tiga jenderal yang ditahan kemudian dibawa ke pangkalan di selatan Jakarta sebelum akhirnya dibunuh dan dimasukkan ke dalam lubang.
Insiden itu, tulis koresponden BBC, telah mengubah sejarah modern bangsa Indonesia. Peristiwa ini telah memicu salah satu aksi pembunuhan massal terburuk pada abad ke-20, dan menghancurkan partai ketiga terbesar, Partai Komunis Indonesia. Petaka itu juga membawa Jenderal Soeharto menjadi presiden yang memimpin selama dekade, dan memilih berkiblat ke AS selama Perang Dingin.
"Setelah 50 tahun, tragedi masih sulit dipahami oleh bangsa Indonesia, siapa aktor sesungguhnya dan apa motif sebenarnya," tulis koresponden BBC untuk Asia Tenggara Jonathan Head.
Bayang-bayang PKI telah memicu trauma banyak orang, terutama mereka yang keluarga terlibat dalam pergulatan konflik berdarah tersebut.
Media lain yang memuat tentang G30S PKI adalah Asia Nikkei. Media Jepang itu memuat artikel Hamish McDonald, jurnalis yang juga penulis dua buku di Indonesia. Ia menulis artikel dengan judul "Indonesia's 'killing season' remain a mystery 50 years on". Ia juga memulai cerita dengan penculikan enam jenderal pada malam inseden pembunuhan.