REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan semakin meluas hingga mencapai negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Tebalnya kabut asap ini berdampak pada jarak pandang yang semakin menurun serta kesehatan masyarakat.
Pengamat Hubungan Internasional, Alex Jemadu, menilai upaya pemerintah untuk menangani masalah ini masih belum maksimal. Kondisi inipun dikhawatirkannya dapat mempengaruhi kepercayaan internasional kepada Indonesia.
"Tingkat kepercayaan internasional kepada Indonesia semakin berkurang. Komitmen Indonesia untuk lingkungan hidup (dinilai) juga berkurang. Kepemimpinan Indonesia di Asia Tenggara akan dipertanyakan, khusus lingkungan hidup," katanya, Kamis (8/10).
Terkait keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta bantuan kepada sejumlah negara sahabat, kata Alex, merupakan hal yang wajar. Indonesia, sambung dia, tidak boleh bersikap sombong dengan menyatakan dapat menangani permasalahan kabut asap ini sendiri.
"Kita tidak bisa terlalu sombong. Penanganan pemerintah harus cepat untuk menyelesaikan masalah sampai ke akarnya," ujarnya.
Kendati demikian, bantuan dari negara asing bukan menjadi solusi utama penanganan masalah kebakaran hutan dan lahan. Sebab, permasalahan ini selalu terjadi tiap tahunnya.
Menurutnya, pemerintah perlu mencari solusi mencegah kembali terulangnya kebakaran lahan dan hutan. Sebab, selama ini upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dinilainya masih kurang.
"Kalau tidak menyelesaikan akar permasalahannya, maka bantuan internasional tidak punya makna yang signifikan. Karena ini masalah kita, harus mencari solusi," tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan sejumlah negara sahabat telah menawarkan bantuan untuk penanganan kabut asap yang melanda wilayah Kalimantan dan Sumatera.
"Kita kemarin sudah minta bantuan, dan dibantu dari Singapura, masih dalam proses, Rusia, Malaysia, Jepang, yang kita harapkan bisa mempercepat penanganan. Karena menangani gambut berbeda dengan menangani kebakaran hutan biasa," kata.
Presiden mengatakan bantuan dari Singapura berupa tiga pesawat untuk membantu pemadaman akan tiba pada Kamis (8/10) sementara dari Rusia juga akan datang membantu.
"Daya mengangkut air 12 ton, 15 ton, bukan seperti sekarang hanya 2-3 ton," ujarnya.