Jumat 09 Oct 2015 13:28 WIB

Pangdam Bukit Barisan Klaim Sudah tak Ada Titik Api di Riau

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indah Wulandari
 Sejumlah prajurit Kostrad menyelesaikan pembuatan embung penampung air di lahan gambut bekas kebakaran di Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar, Riau, Jumat (9/10).
Foto: Antara/FB Anggoro
Sejumlah prajurit Kostrad menyelesaikan pembuatan embung penampung air di lahan gambut bekas kebakaran di Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar, Riau, Jumat (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID,​PADANG -- Panglima Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan, Mayor Jenderal TNI Lodewyk Pusung mengklaim, sudah tidak ada titik api di Provinsi Riau.

Riau yang merupakan wilayah Kodam I Bukit Barisan, saat ini kondisinya sama seperti Sumatra Barat (Sumbar), yaitu diselimuti kabut asap kiriman yang berasal dari Sumatra Selatan (Sumsel), dan ada yang dari Kalimantan.

"Sampai detik ini Riau tidak ada titik api. (Kalimantan dan Sumsel) yang terbakar luar biasa, mengirimkan asap ke Riau," kata dia saat berada di Makorem 032 Wirabraja Padang, Sumatra Barat, Kamis (8/10) lalu.

Dikatakannya, sebanyak 1.050 prajurit gabungan dari TNI AD, TNI AU dan TNI AL diminta turun langsung ke Riau. Pasukan yang berasal dari Mabes TNI tersebut, diminta bergabung dengan 1.250 prajurit

​setempat ​untuk memadamkan api yang terjadi di Riau.

"Itu dari tentaranya, belum lagi masyarakat peduli api yang sudah dikoordinasikan oleh Korem dan Polda bersama memadamkan api," ujar dia.

Kendati sudah tidak ada titik api, Lodewyk mengatakan, pasukan dari Mabes TNI diminta tetap tingga​l​

hingga kabut asap menghilang. Para prajurit tersebut, kata dia, bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat membuat kanal-kanal atau embung di sejumlah daerah di Riau, seperti Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kampar.

Kanal tersebut, ujar dia, untuk men​ampung​ air​ saat musim penghujan. Sehingga, apabila pada musim kemarau terjadi kebakaran hutan dan lahan, pemadam api tidak akan kesulitan mencari air. Hal tersebut, kata dia, merupakan​ bagian dari upaya mengantisipasi ketersediaan air ​di musim kemarau.

"Yang dialami kita selama pemdaman api, pertama kesulitan air," tutur Lodewyk menjelaskan.

Selain itu, ia menuturkan, prajurit ​juga ​menggelar beberapa posko kesehatan di Riau. Agar, masyarakat dapat lebiih mudah mengakses fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan ​yang tersebar di beberapa titik itu, ​

akan dibuka setiap hari selama satu bulan.

Ia menambahkan, prajurit TNI juga mempunyai misi khusus untuk mengubah cara berpikir masyarakat tentang pembukaan lahan. Selama ini, menurutnya, sejumlah masyarakat mengambil jalan murah membuka lahan, yaitu dengan bermodalkan Rp 150 ribu untuk membakar lahan atau hutan.

"Tapi ini memang agak sulit. Karena kalau kita membuka lahan​, (normal anggaran) satu hektare biayanya kurang lebih Rp 8 juta," imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement