REPUBLIKA.CO.ID, RIAU -- Bencana asap yang melanda Sumatra dan Kalimantan tahun ini disebut-sebut sebagai perisiwa terburuk sepanjang sejarah.
Menurut Presiden Joko Widodo, hal itu terjadi karena kebakaran hutan dan lahan yang ada diperparah dengan anomali cuaca El Nino.
"Upaya penanganan bencana asap ini terasa lama karena wilayah yang terbakar sangat luas, yakni 1,7 hektar, di tengah terjadinya kekeringan El Nino," ucap Jokowi usai meninjau lokasi kebakaran di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupate Kampar, Provinsi Riau, Jumat (9/10).
Karena terjadi anomali cuaca, sambung Jokowi, maka hujan tak kunjung turun. Padahal hujan sangat dibutuhkan untuk membantu mempercepat pemadaman api.
Pemerintah mencatat, 1,7 juta hektare areal terbakar itu tersebar di Pulau Kalimantan seluas 770 ribu hektare dan 593 ribu hektare lainnya berada di Pulau Sumatra. Hampir separuh dari hutan yang terbakar adalah lahan gambut.
Untuk mempercepat pemadaman api, pemerintah menerima bantuan pesawat dari Malaysia, Singapura, Rusia dan Cina. Pesawat-pesawat itu memliiki kapasitas 12.000-15.000 liter.
"Target mereka kira-kira dua minggu. Karena dengan kapasitas water bombing yang lebih besar diharapkan lebih cepat tertangani," ucap Presiden.
Penanganan bencana asap akan difokuskan di provinsi dengan jumlah titik api terbanyak, yakni Sumatra Selatan. Menurut Jokowi, titik api yang ada di Sumsel itu telah menghasilkan asap yang masuk hingga Riau.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook