REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan Islam di Eropa menunjukkan fenomena yang menggembirakan. Banyak kampanye hitam yang mendiskreditkan Islam dan kaum Muslimin dengan menuduh sebagai teroris, namun ketertarikan masyarakat Eropa malah meningkat. Kegairahan masyarakat di sana untuk mempelajari Islam semakin meninggi.
Alhasil, mualaf di Eropa terus bertambah jumlahnya. Masjid pun makin disesaki oleh jamaah yang ingin beribadah. Di sisi lain, sulitnya membangun masjid membuat kaum Muslimin berpikir keras. Akhirnya, tempat peribadatan agama lain yang sudah ditinggal jamaahnya, dibeli, kemudian diubah fungsinya menjadi masjid.
Hal tersebut terjadi di sejumlah negara Eropa, seperti Belanda, Jerman, Prancis, Inggris, dan sebagainya. Desainnya tidak berubah dari aslinya. Hanya fungsinya yang berubah. Namun, hal itu tidak mengurangi kekhusyukan Muslimin dalam beribadah.
Masjid Sultan Selim
Masjid ini letaknya tidak jauh dari stadion klub Tottenham Hotspurs Inggris, White Hart Lane, di London utara. Masjid ini merupakan satu di antara ribuan gereja di London yang beralih-fungsi menjadi masjid.
Seperti halnya bangunan gereja pada umumnya, tampak luar Masjid Sultan Selim ini sama sekali berbeda dari bangunan masjid pada umumnya. Tidak ada kubah. Yang ada justru menara-menara tinggi dengan Salib di puncaknya. Masjid Sultan Selim lebih mirip gereja tua. Satu-satunya tanda sebagai masjid adalah tulisan Arab, "Allah" dan "Muhammad", yang ditempel di atas pintu utama.
Di lantai dua terdapat banyak kamar yang semula dihuni para biarawati. Kini ruangan-ruangan tersebut digunakan untuk tempat pengelolaan masjid. Ruang utama dan terbesar digunakan untuk tempat shalat. Ruangan kecil di sebelahnya dipakai untuk sekolah bahasa Arab anak-anak. N
Masjid Al-Hikmah
Masjid ini dulunya merupakan Gereja Immanuel yang berada di Den Haag, Belanda. Namanya sering disebut juga sebagai Masjid Indonesia. Pada awalnya, bangunan gereja dibangun pada 1958. Kemudian, bangunan tersebut dibeli oleh pengusaha asal Indonesia yang juga adik mantan presiden Soeharto, Probosutedjo.
Pada awal Juli 1996, bangunan tersebut diwakafkan oleh Probosutedjo kepada masyarakat Indonesia dan kemudian difungsikan sebagai masjid.
Masjid ini merupakan bangunan dua lantai yang mampu menampung sekitar 800 jamaah. Jumlah jamaah akan meningkat saat Ramadhan. Sedangkan, lantai dasar digunakan untuk kegiatan Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa (PPME) Den Haag. Juga untuk kajian Islam.
Pada akhir pekan, masjid digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti pengajuan pengajian dan taman pendidikan Alquran (TPA). Tidak hanya Muslim dari Indonesia yang beribadah di sini.
Masjid Lala Mustafa Pasha
Masjid ini terletak di Famagusta, Siprus. Sebelum berfungsi sebagai masjid, bangunan ini merupakan Gereja Santo Nicholas yang dibangun pada 1328 M. Saat Famagusta jatuh ke tangan kekuasaan Dinasti Turki Usmani pada Agustus 1571 M, gereja ini diubah menjadi masjid dan diberi nama Masjid Santo Sophia Gazi-magosa.
Gambar-gambar makhluk bernyawa, salib, serta makam disingkirkan. Pada 1954 M, masjid ini diganti namanya menjadi Masjid Lala Mustafa Pasha.
Bangunan ini didesain oleh seorang arsitek kenamaan, Jean Langlois, yang berkewarganegaraan Prancis.