REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendukung program bela negara yang direncanakan Kementerian Pertahanan. Menurutnya program itu bisa meningkatkan kedisiplinan serta rasa cinta terhadap negara.
Ahok bahkan menyarankan wacana tersebut masuk dalam kurikulum mata pelajaran. Hal itu menurutnya bisa menjadi permulaan keluarnya wacana, dan generasi bangsa bisa mempelajarinya mulai dari bangku sekolah.
"Menurut saya program-program seperti itu masukin ke mata pelajaran bagus. Mulai dari pelajaran saja dulu," katanya.
Menurutnya banyak rakyat sipil yang juga berminat belajar ilmu pertahanan. Sehingga Bisa belajar disiplin dan membela tanah air sehingga makin cinta dengan negaranya.
Ahok, menyebut ini bisa menjadi persiapan jika suatu daat negara diserang. Masyarakat yang bukan TNI jadi paham bagaimana menggunakan senjata nantinya. Meski Indonesia saat ini tidak dalam kondisi berperang.
"Mau nembak enggak tahu kunci, enggak tahu kokang? Ya dibunuh orang kita. Menurut saya bagus diajarin," ujarnya.
Namun, wacana ini tidak boleh ada unsur paksaan. Tidak perlu diwajibkan untuk semua warga seperti layaknya wajib militer di beberapa negara.
Selain itu, kata dia masalah anggaran masih jadi permasalahan. Karenanya bisa dimulai dengan mendukung organisasi Resimem Mahasiswa (Menwa) yang banyak dibuka di kampus-kampus.
"Kalau anggaran belum cukup, kita mulai saja dari pelajar dulu. Mahasiswa dulu," katanya lagi.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan berencana membentuk kader bela negara sebanyak 100 juta orang dalam 10 tahun untuk mengantisipasi serangan ideologi dari pihak dalam maupun luar.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjelaskan kader bela negara itu disiapkan mengingat permasalahan bangsa yang semakin banyak mulai dari serangan ideologi yang menghancurkan bangsa serta hal-hal yang membuat rasa cinta tanah air para generasi muda luntur.