Jumat 23 Oct 2015 06:30 WIB

AS Heran Rusia Berikan Sambutan 'Karpet Merah' untuk Assad

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Suriah Bashar Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: al jazeera
Presiden Suriah Bashar Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih Amerika Serikat (AS) mengutuk keraskunjungan presiden Suriah, Bashar al Assad ke Rusia, Selasa (20/10).

"Kami melihat sambutan karpet merah untuk Assad, yang telah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri, bertentangan dengan tujuan yang dinyatakan oleh Rusia untuk transisi politik di Suriah," kata juru bicara Gedung Putih Eric Schultz kepada wartawan seperti dikutip dari laman BBC, Kamis (22/10).

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengaku tidak terkejut dengan kunjungan Assad, tetapi perhatian utama pihaknya adalah dukungan lanjutan militer Rusia,yang dinilai memperpanjang perang saudara.

Perjalanan Assad ke Rusia terjadi tiga pekan setelah Rusia mulai serangan udara di Suriah melawan militan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pasukan lainnya. Ini adalah pertama perjalanan ke luar negeri Assad sejak perang saudara pecah di Suriah pada tahun 2011. Konflik itu menewaskan lebih dari 250 ribu jiwa.

Pada hari Kamis, tim anggota parlemen Rusia akan bertemu Presiden Assad dan kepala parlemen Suriah di Damaskus. Sebelumnya dalam kunjungannya di Moskow, Assad mengungkapkan rasa terima kasihnya untuk intervensi militer Rusia dalam konflik.

Dia mengatakan, keterlibatan Rusia telah menghentikan terorisme menjadi lebih luas dan berbahaya di Suriah.Presiden Rusia Vladinir Putin berharap resolusi jangka panjang dapat dicapai atas dasar proses politik dengan partisipasi dari semua kekuatan politik, etnis, dan kelompok agama.

Putin selain berbicara dengan Assad juga menghubungi sejumlah pemimpin Timur Tengah. Mereka termasuk para pemimpin Arab Saudi dan Turki, yang memberikan dukungan kepada pemberontak Suriah. ‘’Putin juga berbicara kepada para pemimpin Mesir dan Yordania,’’ kata kantor berita Rusia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement