REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika
Letak Kabupaten Purwakarta tidak terlalu jauh dari Jakarta, yang menyandang status ibu kota negara Republik Indonesia. Pun akses menuju Purwakarta terbilang mudah lantaran terdapat tol Cipularang, dan beragam transportasi darat maupun kereta api. Meski begitu, jangan kaget kalau kita mendapati sebuah wilayah yang masih terisolasi di sebuah wilayah Tatar Pasundan tersebut.
Saking terisolasinya, kendaraan roda empat belum pernah masuk ke daerah tersebut. Wilayah itu meliputi Desa Kertamanah, Ciririp, Sukasari, Parung Banteng, dan Sukamukti yang berada di Kecamatan Sukasari dan Maniis.
Lima desa yang berada di bawah dua Kecamatan Sukasari dan Maniis itu, selama ini terisolasi lantaran berada di sisi selatan Waduk Jatiluhur. Satu satunya akses yang dapat ditembus untuk mencapai wilayah Purwakarta hanya dengan menggunakan perahu cepat menyeberangi waduk Jatiluhur dengan ongkos penyeberangan Rp 300 ribu untuk sekali penyeberangan.
Sebelumnya, akses satu-satunya menuju desa tersebut hanya dapat dilalui jalan setapak dengan kondisi medan cukup curam. Warga yang biasanya menjual hasil panen atau membeli kebutuhan pokok, lebih memilih menggunakan perahu menyeberangi Waduk Jatilihur dengan lama perjalanan sejam 15 menit.
"TNI, dalam hal ini Babinsa dan warga bahu-membahu membangun jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Sukasari, Purwakarta dengan Kabupaten Cianjur yang jaraknya sekitar 22,15 kilometer," kata Dandim 0619/Purwakarta Letkol Inf Cahyadi Amperawan saat meninjau lokasi pembangunan jalan kepada puluhan wartawan, termasuk Republika.co.id, belum lama ini.
Rasa capek dan keringat yang mengucur di dahi Amperawan setelah menggunakan perahu menyeberangi Waduk Jatiluhur dan 30 menit menggunakan sepeda motor model trail melalui jalan berbatu dan berdebu menuju Desa Kertamanah, seolah tak dirasakannya. Malah, kebahagiaan yang muncul dari raut mukanya setelah melihat proses pembukaan jalan tembus tersebut menunjukkan perkembangan signifikan.
Amperawan menjelaskan, pembangunan jalan sepanjang 22,15 km yang di dalamnya termasuk pembuatan tiga jembatan, merupakan bagian prioritas program Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) antara Mabes TNI AD bersama Pemkab Purwakarta.
Perinciannya jalan yang nantinya masuk bagian jalan lingkar barat tersebut mencakup Desa Kertamanah sepanjang 4.600 meter, Desa Ciririp 4.300 meter, Desa Sukasari 2.050 meter, Parung Banteng 5.350 meter, dan Desa Sukamukti 5.200 meter.
Pelaksanaan karya bakti skala besar tersebut secara resmi dimulai pada pekan ketiga Maret hingga pekan kedua November 2015. Dana yang disediakan mencapai Rp 25 miliar, terdiri Rp 24 miliar untuk menyewa berbagai alat berat dan pembelian material, serta Rp 1 miliar untuk kegiatan survei, rapat, uang saku pekerja, dan pembiayaan teknis lainnya. Dana itu belum termasuk pembebasan lahan sebesar Rp 5 miliar.
Dia menuturkan, kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian TNI terhadap warga yang belum merasakan manfaat pembangunan. Dia mengungkap, sebelumnya warga lima desa tidak pernah terpikir bisa menikmati fasilitas jalan lebar, lantaran terletak di wilayah hutan dan perbukitan.
"Ini sebenarnya bentuk kemanunggalan TNI bersama rakyat, makanya kami bersama Pemda Purwakarta memikirkan pembuatan jalan yang mana warga dulu bilang yang bisa membangun jalan adalah 'dewa' dan 'dewa' itu kami," kata Cahyadi berkelakar.
Amperawan mengatakan, ratusan Babinsa, puluhan prajurit Yonzipur, belasan pegawai Dinas Bina Marga, Pengairan, maupun Cipta Karya dan Tata Ruang, serta ratusan warga secara bergiliran dan gotong-royong membangun jalan selebar sembilan meter itu. Saat ini, pembangunan jalan dalam tahap pengerasan tanah dan penataan material batu. Meski masih berupa tanah berdebu yang dipadatkan dengan cairan kimia, sudah disyukuri warga.
Pasalnya, sebelumnya akses satu-satunya menuju desa tersebut hanya dapat dilalui dengan jalan setapak, atau menggunakan sepeda motor jenis trail saja. Menurut dia, dibukanya akses jalan melalui program TMMD, sangat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyakarat.
Warga lima desa, kata dia, selama ini mendambakan adanya jalan darat yang dapat menghubungkan secara langsung ke daerah-daerah lainnya menuju ke Subang, Karawang dan Bandung. "Warga bisa langsung ke wilayah Cianjur, Karawang, hingga Jonggol, Bogor tanpa lagi menggunakan kapal mesin dan terombang-ambing di tengah Bendungan Jatiluhur."
Amperawan mengungkap, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sangat takjub dengan hasil kerja seluruh elemen dalam program TMMD itu. Karena itu, pada APBD 2016 dianggarkan dana lagi miliaran rupiah untuk peningkatan kualitas jalan dengan cara pembetonan di sepanjang 22,15 km tersebut.
Dia optimistis, ketika pengerjaan jalan sudah selesai, aktivitas ekonomi warga yang tinggal di Kecamatan Sukasari dan Maniis bisa menggeliat dan meningkat. "Karena daerah ini, penghasil bambu terbaik, yang bisa dijual ke luar daerah Purwakarta," katanya.
Warga terbantu
Pembukaan jalan itu sangat dinantikan masyarakat, karena selama ini kesulitan akses untuk bisa ke pusat kota Purwakarta. Camat Sukasari Haji Fauzi menyebut, setidaknya 16 ribu warga di lima desa di Kecamatan Sukasari dan Maniis, Purwakarta, mengapresiasi pembukaan jalan itu.
Dia mengatakan, warga lima desa itu harus 'menderita' ketika ingin mendapatkan pelayanan di bidang kesehatan, lantaran desanya terletak di seberang akses utama Waduk Jatiluhur, yang wilayahnya berupa hutan dengan kontur tanah berbukit. Dia mencontohkan, ibu yang akan melahirkan berjuang ekstra untuk mendapat perawatan karena di desanya tidak terdapat rumah bersalin.
Alhasil, sang ibu harus naik perahu untuk dibawa ke rumah sakit yang ada di pusat kota Purwakarta. Karena perjalanan cukup jauh, tidak jarang ada kejadian melahirkan di tengah waduk. "Dulunya ada yang melahirkan di kapal, sebelum sampai di seberang," ungkap Fauzi.
Pun dengan anak-anak yang juga kesulitan ketika pergi sekolah. Karena itu, pihaknya bersyukur akhirnya warga desanya bisa menikmati akses jalan yang lebiih baik, meski belum sebaik wilayah di utara Waduk Jatiluhur. "Alhamdulillah warga sangat bersyukur, warga juga bareng-bareng membangun jalan, semoga ini bisa menjadi lebih mudah," kata Fauzi.
Salah seorang warga Desa Kertamanah, Sudirman Mujib mengaku, kini desanya tidak lagi terisolasi. Pembangunan jalan raya itu diakuinya bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Kalau dulunya ketika menjual bambu harus menggunakan perahu yang ongkosnya besar, sekarang dengan adanya jalan darat ongkos yang dikeluarkan bisa ditekan.
Dengan begitu, keuntungan warga ketika menjual hasil panen atau bambu bisa lebih besar. Dan, warga tidak perlu bersusah-payah menggunakan transportasi air. "Warga sangat mendambakan jalan ini, terima kasih kepada TNI dan Pemda Purwakarta atas pembangunan jalan ini," kata pria berusia 47 tahun ini.
Satu hal pula yang membuatnya semringah, kini desanya bisa diakses dengan mobil, setelah terisolasi akibat pembangunan Waduk Jatiluhur. "Sudah 60 tahun hanya ada jalan setapak seukuran satu meter di kecamatan ini. Sebelum ada jalan ini, ada jalan yang sama sekali belum terinjak ban mobil," ujarnya sembari tertawa.
Karena itu, dengan adanya akses jalan tersebut, kata dia, bukan tak mungkin nanti warga desa bisa membeli kendaraan roda empat untuk transportasi angkut.