REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Jokowi memberikan penjelasan terkait kebakaran yang terjadi di tanah air kepada WNI di Amerika Serikat. Ia mengatakan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tahun ini menjadi terbesar disebabkan dua hal yakni el nino dan pemberian konsesi 4,8 juta hektare lahan gambut.
"Pada tahun ini jadi terbesar karena pertama ada el nino sehingga sangat kering dan karena pemberian konsesi lahan gambut 4,8 juta ha," katanya, Ahad (25/10).
Menurutnya, angka 4,8 juta hektar untuk konsesi lahan gambut terlalu besar.
"4,8 Juta itu bukan angka yang kecil. Saya orang kehutanan, saya ngerti tidak bisa ngambut (diberi konsesi). Yang betul gambut tidak diberi konsesi,” tegasnya seperti dikutip dari laman setkab.go.id pada Senin (26/10).
Presiden menyatakan perlunya kehati-hatian untuk bertindak terhadap lahan yang sudah dikonsensi karena mengandung konsekuensi hukum.
"Kalau tidak diberikan konsesi ya tidak akan kejadian sebesar ini," katanya.
Presiden menegaskan, ia sudah menyampaikan kepada Menteri LHK untuk dilakukannya moratorium.
“Tidak bisa seperti itu, diteruskan tidak bisa. Lingkungan menjadi rusak, hutan menjadi rusak,” ujarnya seraya menyebutkan, kalau lahan gambut itu diberikan, kalau terbakar dipadamkan pakai apapun tidak akan pernah kering karena 3 meter di bawah masih membara, 5 meter masih membara.
Menurut Presiden Jokowi pencegahan kebakaran hutan di lahan gambut bisa diselesaikan dengan yang namanya kanal bersekat, kanal blocking. Tapi kalau yang ada 4,8 juta hektare, maka kanal tersebut memakan waktu sekitar tiga tahun.
“Bukan kanal tapi kanal bersekat, kalau kanal itu justru mengeringkan, dibuat kanal tapi bisa dibuka tutup untuk air sehingga gambut selalu basah terus,” kata Jokowi.