REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Acara syukuran dan silaturahim Partai Golkar yang digagas Jusuf Kalla pada ahad (1/11) kemarin mengandung lima poin hikmah.
Pertama, perpecahan dalam tubuh Golkar tidak menguntungkan semua pihak. "Perpecahan melahirkan ketidakefektifan fungsi utama Golkar sebagai penggerak dinamika politik Bangsa," ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Ricky Rachmadi dalam siaran persnya, Senin (2/10).
Kedua, tanpa persatuan dari para pimpinan dan tokoh utama Golkar, akar rumput tidak punya panutan dan terombang ambing tanpa arah. Elan vital (energi hidup) Golkar tak bersinar. Kekuatan mesin politik partai stagnan.
"Karena itu perpecahan dalam segala bentuk harus dihilangkan diganti dengan kekuatan sinergitas untuk bangun soliditas," kata Ketua Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro 1957 ini.
Ketiga, sudah saatnya Golkar memusatkan energinya untuk membangkitkan kekuatan generasi muda dan kader potensial untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Keempat, momentum silaturahim ini harus dimanfaatkan untuk melahirkan platform politik baru Golkar menyongsong Indonesia pada tahun 2019 hingga 2025.
Kelima, momentum silaturahim ini harus dimanfaatkan untuk melanjutkan proses regenerasi kepemimpinan Golkar. "Ini bermanfaat demi kesinambungan dan keberlanjutan Golkar sebagai penggerak kemajuan bangsa Indonesia," ujar Ricky.