REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN) mulai menyasar kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnis.
Wakil Direktur Utama BTPN Ongki W Dana mengatakan, kredit pensiunan porsinya sudah berkurang menjadi 65 persen dari sebelumnya 100 persen. Sebagai bank yang banyak berhubungan dengan dana pensiun, kata Ongki, segmen pensiunan punya ruang bisnis sendiri karena jumlah pensiunan relatif stabil. Dengan diliriknya segmen ini oleh bank-bank lain, kompetisi meningkat.
''Dampaknya ada bagi BTPN. Satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan layanan,'' kata Ongki di sela-sela kunjungan ke BTPN Purnabakti Cililitan, Selasa (11/3).
Dengan segmen itu pula, BTPN tidak memacu bisnis di dana pensiun. Namun, BTPN berupaya menggarap segmen lain, termasuk UMKM.
Meski pesaing relatif banyak, Ongki yakin BTPN punya kemampuan untuk melayani UMKM dengan sumber dana murah lebih banyak.
Ongki mengakui, kredit UMKM terus tumbuh positif. Per September 2015, pertumbuhan kredit UMKM mencapai 31 persen menjadi Rp 15,2 triliun dan kredit prasejahtera produktif tumbuh 46 persen menjadi Rp 3,2 triliun. Pertumbuhan kredit secara agregat sebesar 11 persen.
''NPL UMKM juga relatif rendah, tak sampai satu persen,'' ungkap Ongki. Untuk membantu menjaga kualitas kredit, pendampingan pengusaha UMKM melalui program Daya dilakukan dengan bekerjasa sama dengan berbagai pihak sesuai kebutuhan nasabah.
Pada 30 September 2015, BTPN membukukan kredit Rp 56,9 triliun, tumbuh 11 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit didorong peningkatan kredit ke segmen masyarakat prasejahtera produktif serta pelaku UMKM. Kredit prasejahtera produktif naik 46 persen (yoy) menjadi Rp 3,2 triliun dan kredit UMKM naik 31 persen (yoy) menjadi Rp 15,2 triliun.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga 30 September 2015 mencapai Rp 59 triliun, tumbuh 12 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 52,6 triliun.