REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Beberapa saat jelang pesawat Rusia jatuh di Mesir, Sabtu lalu, satelit inframerah AS dilaporkan mendeteksi kilatan panas di wilayah sama. Kilatan itu mengindikasikan ada ledakan di atas pesawat.
Komunitas intelijen AS meyakini minyak avtur atau bom menjadi sumber kilatan tersebut. Satelit yang sama juga menampik teori serangan misil karena tidak mendeteksi adanya lintasan pada roket.
Namun pejabat Pentagon mengungkapkan kepada ABC News, kilatan panas itu mungkin tidak terkait dengan jatuhnya pesawat. Ini mengingat Semenanjung Sinai, lokasi jatuhnya jet Rusia, merupakan wilayah konflik dengan tingkat aktivitas militer cukup tinggi.
Pejabat Rusia mengungkapkan, terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab jatuhnya pesawat Metrojet yang mengangkut 224 orang itu.
Pesawat jatuh ketika terbang dari Sharm el-Sheikh, Mesir, menuju St Petersburg, Rusia. Maskapai tersebut jatuh dari ketinggian sekitar 10 ribu meter. Seluruh penumpang dilaporkan tewas.
Pihak maskapai menampik teori pesawat jatuh karena kesalahan teknis atau fakto manusia.