Selasa 10 Nov 2015 21:30 WIB

BPBD Sleman Imbau Masyarakat Waspadai Petir

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petir menyambar di kawasan kampung nelayan Karansong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (7/11).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Petir menyambar di kawasan kampung nelayan Karansong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (7/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Sleman meminta agar masyarakat waspada terhadap petir. Pasalnya saat ini banyak petir yang sering muncul disertai kilat ketika turun hujan.

Gejala alam tersebut memang lumrah. Namun di sisi lain bisa menimbulkan ancaman tersendiri. Meski hingga sekarang petir di wilayah Sleman belum pernah memakan korban jiwa, gejala alam tersebut sudah beberapa kali menyebabkan kerugian materil.

"Sejauh ini yang paling parah ada sapi mati tersambar petir. Pernah juga instalasi listrik terbakar sampai tembok rumah warga jebol," kata Kepala BPBD Sleman Julisetiono Dwi Wasito, Selasa (10/11). Maka itu ia mengimbau agar masyarakat mengamankan benda-benda atau bangunan tinggi, khususnya di dekat pemukiman.

Ia pun meminta agar masyarakat menghentikan sementara aktivitas lapangan saat hujan berlangsung. Termasuk menghindari bangunan atau benda seperti pepohonan tinggi saat berada di lahan lapang. Warga juga diimbau untuk tinggal di dalam rumah selama hujan petir belum reda.

Karena menurutnya petir biasa menyambar benda-benda paling tinggi di sebuah wilayah. "Sebaiknya masyarakat juga mulai memotong batang pohon yang mungkin bisa tersambar petir. Karena kalau kena petir bisa roboh dan menimpa bangunan di bawahnya," kata Juli menjelaskan.

Berdasarkan pantauan Republika, selama satu minggu ini Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman tengah melakukan pemangkasan pohon-pohon perindang di sepanjang Jalan Magelang.

Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan BLH Sleman Indra Darmawan mengatakan saat ini pihaknya menebang 50 pohon beresiko tumbang. Baik karena angin kencang maupun petir.

Ia mengemukakan, ada 22 ribu pohon yang tumbuh di Sleman. "Usia pohon yang kami tebang variatif. Ada yang lima sampai 10 tahun," katanya. Program penebangan pohon ini dilakukan secara bertahap. Menurut Indra kondisi pohon yang ditebang sudah keropos dan kering.

Selama ini BLH sendiri sudah melakukan edukasi terhadap masyarakat terkait pemangkasan pohon. “Rabas-rabas pohon diprioritaskan pada kawasan yang rawan kena angin ribut. Ini juga untuk mengantisipasi resiko bencana musim hujan,” kata Indra.

Adapun lokasi pohon perindang yang kering dan keropos, seperti di Koroulun Lor, Bimomartani, Ngemplak, Cangkringan dan Jalan Magelang. Jenis pohon perindang yang mudah patah yaitu angsana, beringin, randu dan sengon.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement