REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelawak senior Indrodjojo Kusumonegoro atau kerap disapa Indro Warkop menganalogikan menjadi seorang komika atau komedian stand up lebih berat ketimbang penyanyi.
Menurut dia, di balik lawanan komika yang mengocok perut, ada usaha dan tantangan berat yang harus dilewati. Indro pun membandingkan tingkat kompetisi stand up dengan kontes menyanyi.
Menjadi komika dinilai lebih berat karena harus mempersiapkan materi segar dari hingga cara penyampaian yang menarik di atas panggung. "Beda sama menyanyi yang tinggal menghafal dan mendalami lagu," ujar pria 57 tahun itu dalam jumpa media film Get Up Stand Up, di Jakarta, Rabu (11/11).
Bila diibaratkan dengan peserta kompetisi menyanyi, proses ini sama saja dengan menyuruh peserta menulis dan mengaransemen sendiri lagu yang dibawakan.
Bagi Indro, komedi adalah sesuatu yang dianggap serius. Baik dalam proses pembuatannya maupun perjalanan hidup sang komedian. Hal tersebut, kata Indro, tidak banyak diketahui orang banyak.
Pada masa Warkop Prambors, saat Indro, Kasino, dan Dono (plus Nanu pada awalnya), publik Indonesia belum mengenal komika dan stand up comedy. Lawak pada masa itu semata dipandang sebagai hiburan belaka dan kebanyakan berlatar dan bergaya dari budaya tradisional.
Karena itulah, Warkop Prambors dipandang memberi aternatif dan terobosan tersendiri, terutama bagi anak muda masa itu. Walau pada masa-masa awal banyak mengandalkan slapstick di film-filmnya, namun popularitas mereka makin meningkat. "Gile loo Ndrooo...," ucapan khas Kasino sangat terkenal sampai kini.
"Aku setuju dengan lagu Seurieus yang 'rocker juga manusia' tapi diganti dengan 'komedian juga manusia'," kata Indro dalam jumpa media film Get Up Stand Up, di Jakarta, Rabu.