REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Penanggalan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mulai fokus melakukan penataan dan pemetaan kawasan rawan banjir dan longsor. Beberapa kawasan di kota Malang yang dianggap rawan longsor terutama di musim penghujan ini tak luput dari pengawasan BPBD. Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi daerah yang paling rawan bencana.
“Kami memetakan daerah aliran sungai, seperti Metro, Brantas,” kata Kepala BPBD Kota Malang, J Hartono, Rabu (11/11).
Berdasarkan catatan sementara kawasan rawan longsor tersebar di berbagai kawasan di kota pendidikan ini. Terutama kawasan padat pemukiman di bantaran sungai seperti Sukun dan Lowokwaru. “Karena saat ini musim hujan yang tentunya rawan longsor. Jadi kami berusaha mengidentifikasi kawasan rawan longsor di Kota Malang,” katanya.
Jika sudah memiliki data kawasan rawan atau potensi longsor, tambah Hartono, akan memudahkan petugas BPBD melakukan pemantauan. Untuk pemantauan nantinya melibat tim reaksi cepat (TRC) dan potensi masyarakat di seluruh wilayah Kota Malang.
Sembari melakukan pendataan dan pemetaan, petugas juga melakukan monitoring rawan longsor dan bencana lainnya. "Kalau membutuhkan bantuan tentu kami bergerak kalau tidak kami hanya menitor saja," katanya.
Badan yang terbentuk dan lengkap dengan tenaga strukturalnya awal Januari lalu ini sebelumnya berfokus penanganan korban Air Asia QZ 8501 asal Kota Malang. Bahkan lembaga penanganan bencana ini sempat membentuk posko di Surabaya untuk membantu keluarga korban asal Kota Malang.
Saat ini, BPBD melakukan penataan lembaga. Pasalnya sebagai instansi penanganan bencana harus siap menghadapi berbagai jenis bencana. Selain menata lembaga, BPDB Kota Malang juga mulai melakukan pemetaan kawasan bencana alam. Salah satu konsentrasi pemetaan lokasi bencana yakni lokasi rawan longsor. "Ada 30 orang dalam tim reaksi cepat, peralatan pun kami semuanya punya," katanya.