REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian dr Dionisius Giri Samudra yang akrab disapa Andra membuat kalangan dokter mempertanyakan program intership yang digagas Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Andra yang menjalani program internship di RS Cendrawasi, Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, dinilai menjadi salah satu tumbal dari program ini.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar itu, meninggal dunia di tempat tugasnya karena sakit, Rabu (11/11) sekitar pukul 18.00 WIT. Terlepas dari ajal yang memang sudah digariskan Sang Mahakuasa, tapi kalangan dokter menilai Kemenkes patut mengambil pelajaran dan perlu mengevaluasi kembali program internship kedokteran tesebut.
Menurut Bambang Budiono, dokter senior di RS Awal Bros Makassar, program internship pada dasarnya magang di suatu institusi pusat layanan kesehatan. Tujuannya, agar seorang dokter yang baru lulus dapat melakukan integrasi secara holistik semua ilmu yang telah diperolehnya. "Program internship ini menjadikan pendekatan terapan klinis," ujar Bambang, Jumat (13/11). (Baca Juga: Program Internship Membantu Dokter Muda) .
Idealnya, Bambang mengatakan, pelaksanaan internship dilakukan di RS pendidikan atau yang telah memperoleh akreditasi dari Kemenkes. Sehingga, dapat dibimbing oleh para ahli yang kompeten di bidangnya.
Dia mengatakan, menyimak apa yang telah dijalankan Kemenkes, internship ini tak ubahnya melakukan penugasan pada dokter yang baru lulus dengan diberi uang saku ala kadarnya. (Baca Juga: Dokter Internship Wafat, DPR Akan Panggil Menteri Kesehatan)
"Dengan menempatkan di pelosok-pelosok dan daerah terpencil, muatan teaching sulit untuk dicapai. Perlu dilakukan evaluasi dan revisi aturan ini, sehingga tujuan sebenarnya, yaitu mematangkan kemampuan klinis agar mampu mandiri dan berkualitas bisa tercapai," ujarnya.