REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Serangkaian serangan menargetkan para penonton konser, penggemar bola, dan warga Paris yang menikmati Jumat malam (13/11) mengakibatkan setidaknya 120 orang tewas. Aksi ini dikutip dari AP merupakan serangan paling mematikan terjadi di Paris setelah Perang Dunia Kedua.
Presiden Prancis Francois Hollande mengutuk pelaku teror dan mengatakan Prancis akan bersikap tegas terhadap lawan-lawannya. Kematian terbanyak terjadi di tempat konser saat band asal AS sedang tampil. Bahkan sejumlah orang turut disandera dan berakhir dengan penyandera yang meledakkan beberapa bom.
Polisi yang menyerang bangunan tersebut setidaknya membunuh tiga pelaku, menemukan pemandangan yang penuh darah. Horor menjadi kata untuk menggambarkan apa yang terjadi di sana.
(baca: Insiden Paris Buat U2 Tunda Konsernya)
Pejabat Paris Francois Molins mengatakan lima pelaku terbunuh. Meski belum jelas ada berapa banyak pelakunya.
Hollande sudah menyatatakan pula negaranya dalam kondisi darurat dan ia menutup perbatasan. Jaringan kereta Metro ditutup dan jalanan dikosongkan. Warga Paris padahal baru saja mengalami teror dari penembakan Charlie Hebdo 10 bulan lalu.