REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Analis terorisme, Claude Moniquet, mengatakan bahwa Molenbeek yang berlokasi di pinggiran kota Brussel, Belgia, terkenal sebagai sarang para ektremis.]
Molenbeek merupakan kawasan imigran kumuh yang banyak dijadikan tempat tinggal ektremis yang mendukung perang di Aljazair, Afghanistan, Bosnia, Suriah dan Irak selama beberapa dekade.
"Ini bukan satu-satunya di Belgia dan Eropa, tetapi itu merupakan sarang untuk ektremis," kata Moniquet seperti dikutip dari 9news.com.au, Senin (16/11).
Belgia secara keseluruhan telah melahirkan hampir 500 ektremis untuk Suriah dan Irak dari total penduduknya yang hanya 11 juta orang. Menurut layanan keamanan setempat, ini merupakan angka tertinggi per kapita di Uni Eropa. Molenbeek sebagian besar dihuni oleh imigran dari dunia arab yang tersandung kasus kekerasan.
"Kami tidak memiliki kontrol dari situasi di Molenbeek saat ini," kata Menteri Dalam Negeri Belgia, Jon Jambon seperti dikutip dari Toronto Star.
Lalu, siapa sajakah yang pernah tinggal di Molenbeek? Ada Amedy Coulibaly, yang terlibat dalam serangan mematikan di sebuah supermarket milik Yahudi pada Januari lalu.
Ia dikabarkan membeli senjata di Molenbeek seperti yang dilakukan Mehdi Nemmouche. Nemmouche adalah seorang warga Prancis yang menargetkan Museum Yahudi Belgia pada 2014 dan menewaskan empat orang.
Ada pula Ayoub El Khazzani dari Maroko. Namun ia berhasil digagalkan atas usahanya menyerang penumpang dalam kereta api berkecepatan tinggi yang hendak bepergian ke Paris dari Amsterdam.
"Saya melihat setiap peristiwa itu ada hubungan dengan Molenbeek. Ini masalah besar," ujar Perdana Menteri Belgia, Charles Michel.