Jumat 20 Nov 2015 22:16 WIB

Kang Abik Raih Penghargaan dari Turki

Sekretaris Jenderal Istanbul Foundation Prof Faris Kaya (kiri) menyerahkan penghargaan kepada Habiburrahman El Shirazy yang diterima Oleh DIREKTUR Nur Semesta Jakarta, Hasbi Sen (kanan) atas karyanya yang berjudul Api Tauhid pada Kamis (19/11) di Istanbul,
Foto: istimewa
Sekretaris Jenderal Istanbul Foundation Prof Faris Kaya (kiri) menyerahkan penghargaan kepada Habiburrahman El Shirazy yang diterima Oleh DIREKTUR Nur Semesta Jakarta, Hasbi Sen (kanan) atas karyanya yang berjudul Api Tauhid pada Kamis (19/11) di Istanbul,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Novelis No. 1 Indonesia, Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa Kang Abik, memperoleh penghargaan dari lembaga ilmu pengetahuan dan budaya dengan reputasi internasional yang berpusat di Istanbul, Turki, yakni Istanbul ilim ve kültür vakfı atau The  Istanbul Foundation for Science and Culture. Penghargaan itu diberikan atas salah satu karya Kang Abik yang berjudul Api Tauhid dan diserahkan oleh Prof Dr Faris Kaya, sekretaris jenderal Istanbul Foundation pada Kamis (19/11) malam di kawasan Fatih Istanbul, Turki.

“Penghargaan ini diberikan kepada Habiburrahman El Shirazy, atas peran sertanya dalam mengenalkan tokoh dan ulama Turki, Bediuzzaman Said Nursi, dengan karyanya yang berjudul ‘Api Tauhid’,” kata Faris Kaya melalui surat elektronik kepada Republika.co.id, Jumat (20/11). Faris menambahkan, selain piagam dan vandel penghargaan, Istanbul Foundation juga memberikan hadiah berupa fasilitas untuk Kang Abik jika mau menulis novel lainnya selama beberapa bulan di Turki.

Kang Abik sendiri tidak bisa hadir saat penganugerahan itu, karena sedang berada di Tanjung Malim, Perak, Malaysia. Penulis novel Ayat-Ayat Cinta itu menunjuk wakilnya, Hasbi Sen, direktur Nur Semesta Jakarta, untuk menerima penghargaan tersebut. Habiburrahman El Shirazy merupakan sastrawan dan penulis Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan dari lembaga bergengsi di Istanbul itu.

Dalam karyanya yang berjudul Api Tauhid ini, Kang Abik banyak menceritakan kisah sang tokoh utama, dan juga menukilkan kata-kata hikmah yang disampaikan Baiduzzaman Said Nursi. Ulama dan pahawan Turki ini berjuang tanpa kenal lelah. Bahkan, saat di penjara pun, Said Nursi masih mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Perjuangan yang tak kenal lelah dalam menegakkan ‘Api Tauhid’ di Turki ini, menempatkan Said Nursi sebagai tokoh besar. Ulama ini pun dijuluki dengan nama ‘Badiuzzaman’ (Keajaiban Zaman).

Kang Abik mengaku bahagia dan bersyukur atas anugerah itu. “Alhamdulillah, bahagia. Dan terima kasih kepada Istanbul Foundation yang memberikan penghargaan dan apresiasi kepada karya sastra dari Indonesia. Api Tauhid memang menulis tentang Bediuzzaman Said Nursi dan beliau tokoh besar yang sangat dihormati di Turki dan dunia Islam,” ujarnya kepada Republika.co.id.

Kang Abik berharap, dengan membaca Api Tauhid, masyarakat Indonesia semakin dekat dan mengenal lebih dalam tentang sosok ulama yang bernama Said Nursi itu serta dapat meneladani dakwahnya. “Penghargaan ini akan menjadi motivasi bagi saya untuk terus berkarya, untuk Indonesia dan dunia. Karena yang memberikan Istanbul, meski sederhana, bagi saya ini setara hadiah nobel. Bahkan spiritnya lebih dari nobel, sebab ini spirit imperium Turki Ustmani,” lanjutnya.

General Manager Content Republika Penerbit Syahruddin El-Fikri juga mengaku bangga atas penghargaan yang diterima Kang Abik. Sebab, selama ini Kang Abik tercatat sebagai salah satu penulis terkemuka dan banyak karyanya yang diterbitkan Republika Penerbit.

“Kami bahagia, karena salah satu karya Kang Abik, yakni Api Tauhid, mendapat pengakuan internasional. Ini akan menjadi spirit bagi kami untuk selalu menerbitkan karya-karya yang berkualitas,” terangnya.

Penghargaan ini juga melengkapi berbagai penghargaan yang diterima Kang Abik. Pada 2008, Kang Abik dinobatkan sebagai Novelis Nomor 1 Indonesia oleh Insani Press Undip, Tokoh Perubahan Republika (2007), Adab Award dalam bidang novel Islami diberikan oleh Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2008), Sastra Nusantara Award sebagai sastrawan kreatif yang mampu menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh Pusat Bahasa dalam Sidang Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) 2008, Paramadina Award (2009), Anugerah Tokoh Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara Tingkat Asia Tenggara yang diberikan oleh Ketua Menteri Negeri Sabah, Malaysia (2012)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement