REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menegaskan kelapa sawit bukan penyebab utama kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa 59 persen kebakaran hutan dan lahan terjadi di areal perkebunan, khususnya hutan tanaman industri (HTI), sementara sisanya di lahan gambut.
“Asap dan kebakaran justru menurunkan produktivitas sawit 28-40 persen. Jadi tak masuk akal jika perusahaan kelapa sawit sengaja membakar lahan yang akan merugikan diri sendiri ,” kata Joko dalam Konferensi Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) 2015 di Nusa Dua, Kamis (26/11).
Gapki melakukan serangkaian langkah dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Pertama, pemadaman kebakaran di lahan konsesi dan sekitarnya. Kedua, kerja sama dengan TNI dan Polri dalam mencegah kebakaran.
Ketiga, membagikan masker dan membuat posko keliling kesehatan ditiga provinsi untuk mengurangi dampak negatif kabut asap. Keempat adalah langkah ke depan, yaitu mencegah kebakaran hutan dan lahan supaya tak terjadi lagi dan memulihkan lahan yang terbakar. Gapki juga terlibat dalam penyusunan peraturan pencegaham kebakaran hutan dan lahan bersama pemerintah.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan sektor kelapa sawit menjadi industri strategis karena membuka 21 juta lapangan kerja. Sektor ini juga berkontribusi pemasukan 20 miliar dolar AS untuk negara.
“Memang tak banyak lahan terbakar di perkebunan kelapa sawit. Yang paling banyak justru ditemukan di HTI,” kata Luhut.
Kebakaran mudah terjadi di hutan tanaman sejenis. Ke depannya, pemerintah akan mengusulkan kepada HTI untuk mengalokasikan sebagian kecil hutan tanamannya untuk hutan campuran. Luhut mencontohkan perusahaan HTI yang memiliki lahan seluas dua juta hektare (ha) menetapkan seribu ha untuk hutan campuran.