REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah masalah dalam penerbangan dialami Lion Air. Namun, Lion Air dinilai tak pernah mendapat teguran yang berbuntut sanksi serius dari pemerintah.
Masalah yang terbaru yakni Pesawat Lion Air rute Jakarta-Makassar pada Sabtu (21/11) mengalami keterlambatan hingga enam jam. Kondisi tersebut membuat penumpang geram sehingga menyerbu landasan pacu pesawat. Sebelumnya, penumpang melaporkan adanya suara mirip desahan dari pengeras suara di dalam pesawat JT 990 pada 14 November 2015.
Politikus Partai Gerindra Mohamad Hekal mengatakan, alasan maskapai penerbangan Lion Air tak pernah mendapat teguran meski kerap merugikan penumpang adalah karena pemiliknya memiliki hubungan langsung dengan Istana. Rusdi Kirana, pemilik saham terbesar Lion Air merupakan anggota dewan pertimbangan presiden (Watimpres).
“Kalau kita lihat kan ada kelainan. Kalau pertanyaannya kenapa Lion Air banyak tidak disentuh? Ya, mungkin karena pemiliknya juga Watimpres gitu kan,” kata Hekal di Cikini, Jakarta, Sabtu (28/11).
Hekal mengatakan, seperti sudah wajar ketika seorang penguasa yang memiliki kegiatan bisnis, maka akan membuat peraturan yang mempermudah dirinya dalam menjalankan bisnis tersebut. Bahkan, tak jarang mengabaikan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh bisnisnya tersebut.
“Banyak sekali kan pertikaian politik ini, pengen deket sama penguasa karena banyak fasilitas. Tapi kan kadang-kadang keberpihakan tersebut suka langsung kelihatan,” ucap Hekal.