Kamis 10 Dec 2015 17:35 WIB

Rini Nilai Sinergi BUMN tak Harus Merger

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Nur Aini
Jaringan Pipa Gas, Pertagas (Pertamina Gas)
Foto: ROL/Agung Sasongko
Jaringan Pipa Gas, Pertagas (Pertamina Gas)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan, membangun sinergi antara BUMN tidak harus melalui merger perusahaan. Sinergi tersebut dilakukan agar kinerja antara BUMN bisa selaras dan lebih efisien.

"Bukan berarti merger. Tapi, jangan sampai Pertagas bangun pipa Pertagas juga bangun di jalur yang sama. Buat apa itu kan investasi yang dobel," kata Rini saat menutup Forum BUMN di Hotel Dharmawangsa Jakarta, Kamis (10/12).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menekankan adanya sinergi antar-Badan Usaha MIlik Negara (BUMN). Salah satu yang paling santer dibahas adalah sinergi antara Pertagas dengan PGN.

Rini mencontohkan kejadian yang dialami oleh Pertagas dan PGN. Keduanya, kata Rini, sama-sama membangun jaringan pipa. Akibatnya, di sejumlah wilayah jaringan pipa terbangun ganda. Rini menilai, apabila keduanya melakukan sinergi maka pembagunan pipa justru bisa lebih panjang dan menguntungkan.

"Jalur pipa kita sekitar 1.600 km, kalau tidak dobel mungkin bisa jadi 4.000 km. Semua rumah di Indonesia bisa tersambung gas. Jangan melakukan hal yang untuk tujuan sama. Sharing aja," kata Rini.

Saat ini tercatat ada 199 BUMN di seluruh Indonesia dengan anak perusahaan yang jumlahnya lebih dari 700 perusahaan. Dari angka itu, Rini menilai banyak di antara satu perusahaan dengan yang lainnya memiliki unit bisnis yang sama. Kondisi tersebut yang perlu dilakukan sinergi.

"Apa yang dimiliki Pertamina mungkin BUMN kain juga punya. Untuk memperkuat pilar kita perlu sinergi, untuk memperkuat cost," ujar Rini.

Baca juga: Pemerintah Cari Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement