Senin 14 Dec 2015 22:06 WIB

Pengamat: Sidang Setnov Tertutup, MKD Mulai 'Masuk Angin'

Red: Teguh Firmansyah
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/12).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/12). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia Bivitri Susanti mengatakan kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas pencatutan namanya terkait pembagian saham PT Freeport memberikan sinyal agar persoalan itu direspons oleh para penegak hukum.

"Presiden kan sudah "marah" dalam pernyataannya di media. Kemarahan presiden, menurut saya, punya implikasi konstitusional yang harus ditanggapi oleh aparat penegak hukum yang ada di bawah presiden, yaitu Kejaksaan, Kepolisian, dan KPK," katanya, Senin.

Menurut Bivitri, kasus pencatutan nama Presiden Jokowi itu harus segera diselesaikan karena berpengaruh bagi nama baik atau wibawa Presiden Joko Widodo dalam memimpin pemerintahan Indonesia.

Ia mengatakan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tidak seharusnya mengadakan sidang tertutup terhadap kasus pencatutan nama presiden yang melibatkan Ketua DPR RI Setya Novanto itu.