REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis halal tak melulu soal transaksi bebas riba dan produk nonbabi atau alkohol, tetapi juga menghindari zalim. Meski kadang "kubangan kotor" tak bisa dihindari, kesadaran akan nilai inti halal bisa menjadi pegangan para pebisnis.
Presidium Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Ilham Habibie mengungkapkan, halal terkait bisnis memiliki konteks luas, tidak hanya produk dan bisnis, tapi juga perilaku pengusaha itu sendiri.
Dalam Islam, manusia tidak boleh melakukan yang jelas dilarang. Di konteks bisnis, kalau ragu halal atau haram dan hati yakin tidak ada unsur yang haram, proses bisnis bisa terus dijalankan.
Buat Ilham, bisnis harus memiliki unsur keadilan. Kalau ragu tak adil, ia memberi lebih kepada rekan bisnis agar hatinya tenang.
''Sama seperti konversi materi dalam sains, tidak ada yang sempurna. Manusia punya hati. Rasakan adil atau tidak,'' kata Ilham di gelaran Indonesia Halal Business, Fashion and Food (IHBF) Expo 2015, pekan kemarin.
Ia mencontohkan tender proyek. Kalau tender tersebut dimenangi dengan cara menyuap, hal itu jelas tidak adil. Kalau setelah menang kemudian si pemenang tender memberi hadiah penyelenggara tender, itu lain soal.