REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang pengebom dari kelompok Taliban memicu kendaraan penuh peledak di dekat bandar udara Kabul pada Senin (28/12) dalam serangan terhadap iringan NATO.
Serangan itu menewaskan seorang warga satu hari setelah kepala militer Pakistan mengunjungi ibu kota Afghanistan dalam usaha melanjutkan kembali pertemuan perdamaian. Empat warga lain terluka dalam serangan pada pagi hari itu, yang dilakukan di tengah keamanan memburuk di Afghanistan saat Taliban meningkatkan penyerangannya di penjuru negara.
"Pemboman itu terjadi di dekat bandar udara Kabul. Kami menemukan banyak hal," kata wakil kepala kepolisian Kabul, Gul Agha Rohani kepada wartawan.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Sediq Sediqqi menulis dalam Twitternya, menyebutkan seorang warga tewas dan warga lain terluka dalam ledakan mobil pada hari itu. Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan para pemberontak berada di balik serangan bunuh diri kepada konvoi pasukan asing tersebut mengklaim beberapa pasukan invasi tewas dan terluka.
Taliban terkenal dalam hal pengumuman informasi peperangan yang dibesar-besarkan. Dalam pernyataan singkat, NATO mengatakan sedang menyelidiki kejadian terkait.
Serangan itu dilakukan satu hari setelah kepala militer Pakistan, Jenderal Raheel Sharif mengunjungi Kabul yang bertujuan untuk mempersiapkan tempat dilakukannya pertemuan damai dengan Taliban.
"Kedua belah pihak setuju tahap pertama pertemuan antara Afghanistan, Pakistan, Amerika Serikat dan Cina tersebut akan diadakan pada Januari untuk merencanakan sebuah peta jalan komprehensif untuk meraih perdamaian," kata istana kepresidenan Afghanistan dalam sebuah pernyataan.
Tidak ada reaksi langsung dari Taliban terkait pengumuman pertemuan empat pihak tersebut. Asim Bajwa, juru bicara kemiliteran Pakistan, menulis dalam akun Twitter pertemuan itu akan diadakan pada pekan pertama pada Januari mendatang namun tidak menginformasikan tempat pertemuan tersebut.
Baca juga:
Budak Seks Korea, Jepang Tawarkan Uang dan Permintaan Maaf
Israel Ancam Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Brasil, Mengapa?