REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- BUMD milik Pemprov Jabar, PT Tirta Gemah Ripah (Tirta Jabar), tahun depan akan terus berekspansi. Targetnya, akan melakukan pemasangan dua pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) kapasitas 7 MW.
Menurut Direktur Utama PT Tirta Jabar, Emryas Imsak Soeleiman, pihaknya harus ekspansi karena pasar layanannya sudah pasti yakni PT Perusahaan Listrik Negara. Dengan nilai investasi, sekitar 20 juta dolar Aa.
Ia menilai, investasi setinggi itu sepadan. Sebab, investasi bisa dikerjasamakan dengan lembaga keuangan sementara hasil yang diberikan pasti diserap pasar."Karenanya setelah membangun proyek PLTM Cirompang 8 MW, kami akan mengembangkan PLTM lainnya," ujar Emryas kepada wartawan, Senin petang (29/12)
Emryas mengatakan, proyek lain yang selanjutnya akan dibangun adalah PLTM Cirompang Atas dan PLTM Cikembang. Masing-masing berlokasi di Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya dengan kapasitas total sekitar 7 MW.
Pengembangan PLTM ini, diperkirakan akan menelan investasi sekitar Rp 180 miliar melalui kerja sama dengan perusahaan terkemuka dalam bidang energi baru terbarukan.
PT Tirta Jabar, kata dia, akan terus mengembangkan PLTM. Karena, berdasarkan UU Kelistrikan PLN wajib membeli listrik dari swasta, apalagi BUMD. Selain itu, program pemerintah menambah pasokan listrik sebesar35.000 MW tidak mungkin dipenuhi dari pembangkit milik PT PLN sendiri. Jadi, diperlukan sinergi dengan pihak ketiga, yang sekalipun jumlahnya banyak, tidak bisa serta merta meningkatkan pasokan.
Tirta Jabar sendiri, kata dia, telah meresmikan PLTM Cirompang, yang sudah memiliki power purchasing agremeent (PPA) dengan PT PLN Jabar untuk menyerap 8 MW yang dihasilkan dengan kisaran tarif Rp 1200 per KWH."Kontraknya PPA nya lama, hampir sepuluh tahun," katanya.
Kalau ini sudah berjalan, kata dia, setiap tahun pihaknya akan mendapat laba bersih Rp 8 miliar. Setelah tahun kelima, setelah break event point, maka laba akan naik menjadi Rp 20 miliar per tahun. "Jadi kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah-nya cukup signifikan," katanya.
Emryas mengatakan, PLTM yang dibangun pihaknya akan mengacu topografi di wilayah selatan Jawa Barat yang berbukit dengan curah hujan yang cukup tinggi sekitar 3.000 – 4.000 mm per tahun. Berdasarkan kajian kelayakan akan menghasilkan listrik sebesar 8 MW, dengan memanfaatkan selisih tinggi jatuh air sebesar 142 meter dan debit air sekitar 7 meter kubik Bendung Irigasi Cirompang.
Listrik yang akan diproduksi sebesar 8 juta watt per tahun itu dengan faktor kapasitas sebesar 65 persen. Produksi ini akan diserap oleh PLN melalui titik serah untuk disalurkan melalui Gardu Induk Sumadra di Kabupaten Garut yang melayani kebutuhan masyarakat Garut dan sekitar.
Di Jabar sendiri, Tirta Jabar adalah perusahaan ke-20 yang memiliki pembangkit pemasok PLN. Akan tetapi, menjadi perusahaan BUMD pertama di Indonesia yang sudah berhasil mendirikan pembangkitnya.
Selain itu, kata dia, perseroan dalam mendukung program pembangunan Pemerintah Provinsi juga mengembangkan penyediaan air minum bagi masyarakat dengan berinvestasi pada Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur, SPAM Regional Bandung Selatan, dan SPAM di area Bandara Internasional Jawa Barat.
Di bidang penyediaan air minum untuk masyarakat, Perseroan sedang melakukan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) antara lain adalah SPAM Jatiluhur, SPAM Regional Bandung Selatan, dan SPAM BIJB (Bandar udara Internasional Jawa Barat).
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan pihaknya mengapresiasi apa yang dilakukan BUMD tersebut. Sebab, seluruh tenaga alam pembangkit listrik, dari mulai air, angin, hingga panas bumi, seluruhnya ada di Jabar. Bahkan seperti air curah hujan dan panas bumi, Jabar tercatat paling tinggi potensinya se-Indonesia.
"Jangan berhenti sampai sini, kelola dengan baik dan benar pembangkit yang ada. Kalau sudah jalan, yang untung bukan hanya Pemprov Jabar tapi juga masyarakat sekitar pembangkit," katanya.