REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso yakin kelompok bersenjata di Aceh Din Minimi bukanlah kelompok brutal. Alasannya, jenis senjata yang mereka pakai adalah senjata lama dan mereka tak punya bentukan senjata dan amunisi baru.
Sutiyoso mengatakan, saat menyerah, Din dan kelompoknya menyerahkan setidaknya 15 jenis senjata AK dan empat peti amunisi. Saat melihat senjata, Sutiyoso mengatakan senjata sudah usang dan karatan. Ia mendeteksi senjata ini sudah berumur lebih dari lima tahun.
"Ya mereka ada senjata tapi sudah lama. Dapatnya dari mana saya rasa itu dari jaman GAM. Tapi kita juga tidak tahu, bisa saja mereka dapat dari negara lain, karena perbatasan laut di utara itu sangat terbuka," kata Sutiyoso di Halim Perdana Kusuma, Selasa (29/12).
Sutiyoso mengatakan, dari 120 anggota tersebut terkumpul 15 pucuk senapan. Sutiyoso juga mengatakan, dari 120 anggota hanya 40 orang yang bisa mengoperasikan senjata. Kelompok ini merupakan kelompok kecil, namun mempunyai pengaruh besar bagi warga. (Ada 5 Kesepakatan Penyerahan Diri Din Minimi).
Ia mengatakan, sekitar satu bulan Sutiyoso melakukan komunikasi intensif dengan Din Minimini sebelum datang ke sana untuk berkomunikasi secara langsung. Namun, Sutiyoso mengatakan bisa berkomunikasi dengan Din berkat pemantau asing asal Finlandia, Juha Christensen.