Ahad 03 Jan 2016 03:02 WIB

Eksekusi Massal di Arab Saudi Tuai Kecaman

Rep: C34/ Red: Indira Rezkisari
 Pengunjuk rasa antipemerintah di Bahrain, Sabtu (2/1), membentangkan poster bentuk protes kepada Arab Saudi yang mengeksekusi sejumlah orang termasuk ulama Syiah Nimr al-Nimr.
Foto: AP
Pengunjuk rasa antipemerintah di Bahrain, Sabtu (2/1), membentangkan poster bentuk protes kepada Arab Saudi yang mengeksekusi sejumlah orang termasuk ulama Syiah Nimr al-Nimr.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Tindakan Pemerintah Arab Saudi mengeksekusi mati 47 orang, termasuk seorang ulama Muslim terkemuka Syiah, Nimr al-Nimr, Sabtu (2/1), disayangkan oleh banyak pihak. Kecaman dan protes keras berdatangan dari sejumlah negara.

Saingan utama Saudi, Iran dan sekutunya Syiah, segera bereaksi dengan mengecam keras eksekusi Nimr. Sejumlah pihak itu mengancam Arab Saudi dan Al Saud akan terimbas dampak parah akibat gelombang protes seperti yang terjadi di India.

Di Irak, pemuka agama dan tokoh politik menyerukan pemutusan hubungan. Irak mempertanyakan upaya perbaikan upaya Riyadh yang bisa membantu meningkatkan aliansi regional melawan kelompok ekstremis ISIS.

Lebih jauh, eksekusi tersebut diduga bertujuan menghalangi jihad di Saudi. Tahun lalu, pemboman dan penembakan oleh kelompok militan Sunni di Arab Saudi telah menewaskan puluhan jiwa dan mendorong kelompok ekstremis ISIS menyerukan pengikutnya di sana untuk melancarkan serangan.

Pada Sabtu (2/1), ISIS menggalang pendukungnya untuk menyerang tentara Saudi dan polisi sebagai upaya balas dendam atas eksekusi mati para anggotanya. Hal itu terungkap dalam pesan melalui Telegram Channel, sarana utama para pendukung kelompoknya.

Terdapat 45 warga Saudi, seorang warga Mesir, dan seorang warga Chad yang dijatuhi hukuman mati. Hukuman mati itu merupakan eksekusi masif terbesar untuk pelanggaran keamanan di Arab Saudi sejak eksekusi 63 jihadis pemberontak yang merebut Masjidil Haram pada tahun 1979.

Pemerintah menyebutkan tidak akan menolerir serangan, baik oleh Sunni atau Syiah. Tindakan tersebut mendorong kemarahan sektarian di seluruh wilayah yang membuat ratusan Muslim Syiah menggelar aksi protes di distrik Qatif, Provinsi Timur Arab Saudi dan menuntut turunnya "Al Saud", keluarga kerajaan Saudi.

Nimr adalah kritikus yang paling vokal terhadap kebijakan-kebijakan Al Saud di antara minoritas Syiah. Ia termasuk pemimpin aktivis muda yang menolak pendekatan angkatan tua tokoh masyarakat yang dianggap gagal mencapai kesetaraan dengan Sunni.

Ia dan tiga orang lain dari keseluruhan 47 terhukum eksekusi mati dituduh terlibat dalam penembakan polisi. Sementara, sebagian lainnya dihukum karena serangan al Qaeda di Arab Saudi satu dekade lalu.

Eksekusi berlangsung di 12 kota di Arab Saudi. Empat penjara menggunakan regu penembak dan yang lainnya memberlakukan hukuman penggal kepala, dikutip dari Reuters, Ahad (3/1).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement