Senin 04 Jan 2016 15:31 WIB

Iran Nilai Saudi Gunakan Serangan di Kedutaan Sebagai Alat Menyulut Ketegangan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Foto dari akun Twitter jurnalis Iran menunjukkan Kedutaan Besar Arab Saudi yang dibakar pengunjuk rasa di Teheran, Iran, Ahad (3/1).
Foto: Twitter
Foto dari akun Twitter jurnalis Iran menunjukkan Kedutaan Besar Arab Saudi yang dibakar pengunjuk rasa di Teheran, Iran, Ahad (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran menuduh Arab Saudi menggunakan serangan terhadap kedutaan besarnya di Teheran, Iran sebagai alasan untuk menyulut ketegangan. Hal itu disampaikan Kemenlu Iran sebagai respons atas pemutusan hubungan diplomatik Riyadh.

Kemenlu mengatakan, Teheran telah menunjukan komitmen untuk melindungi misi diplomatik luar negeri, termasuk Saudi. 

"Iran berkomitmen untuk memberikan keamanan diplomatik berdasarkan konvensi internasional. Tapi Arab Saudi menggunakan insiden ini sebagai alasan untuk membakar ketegangan," kata Juru bicara Kementerian, Hossein Jaberi Ansari dalam sambutannya di televisi.

Riyadh telah memutuskan menarik staf diplomatik dari Iran. Para diplomat Iran juga telah 'diusir' dari Arab Saudi. Kerajaan memberikan waktu 48 jam untuk mereka meninggalkan negeri minyak tersebut seiring dengan pemutusan hubungan diplomatik.

Pada Ahad dini hari, pengunjuk rasa Iran menyerbu kedutaan besar Saudi di Teheren. Saudi menuduh Iran gagal melindungi instrumen penting diplomatik asing.

Baca juga,  Ini Jalan Panjang Konflik Saudi-Iran, dari Revolusi Hingga Insiden Makkah.

Insiden penyerangan terjadi setelah Saudi mengeksekusi ulama Syiah, Nimr al Nimr. Nirm (56 tahun) ditahan dalam unjuk rasa antipemerintah pada 2011.

Ia dituduh berada di balik aksi pemberontakan. Ia dieksekusi bersama dengan 46 orang lainnya, termasuk aktivis Syiah dan militan Sunni yang dituduh terkait Alqaidah.

Iran mengatakan telah menangkap 44 orang terkait serangan terhadap kedutaan di Saudi. Presiden Iran, Hassan Rouhani mengatakan para demonstran 'radikal' dan serangan tidak bisa diterima.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement