REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia Muhyiddin Junaidi menilai, konflik politik Arab Saudi dan Iran harus segera diredam. Ia khawatir, jika konflik tersebut tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan ketegangan baru.
"Kami khawatir jika tidak ada pihak yang bisa menahan diri maka situasinya bisa lebih buruk," ujar Muhyiddin ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/1).
Muhyiddin menjelaskan, pasca-2011 dengan keterlibatan Arab Saudi dan Iran di Suriah telah terjadi perang proksi atau proxy war. Iran, katanya, menjadi proksi Rusia sementara Arab Saudi menjadi proksi Amerika Serikat (AS).
Muhyiddin mengatakan, masing-masing kekuatan memiliki agenda politik salah satunya yakni bertujuan menjual persenjataan modern.
Baca juga, Serangan ke Kedutaan, Saudi-Iran Mengaku Menyesal pada DK PBB.
Perang proksi, kata Muhyiddin, berdampak buruk dalam hubungan masyarakat di level akar rumput. "Terjadi gesekan di level akar rumput yaitu konflik 'lagu lama' suni-syiah," ujarnya.
Muhyiddin menilai, konflik Arab Saudi-Iran tidak berkaitan dengan keagamaan. Ia meyakini persoalan tersebut murni masalah politik regional dan global.
Muhyiddin berpendapat, untuk mencegah terjadinya konflik berkepanjangan Indonesia dapat menjadi mediator perdamaian dua negara tersebut.