REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) balik bertanya kepada wartawan yang menanyakan kepadanya soal rencana perombakan kabinetnya atau reshuffle yang santer diisukan segera dilakukan dalam waktu dekat.
"Kapan? Kenapa harus bulan satu? Saya tanya kenapa harus bulan satu?" kata Jokowi, Jumat (8/1).
Meski dicecar, Jokowi tetap tak mau memberikan komentar lebih jauh mengenai hal tersebut. Ia mengatakan, reshuffle bisa saja dilakukan pada bulan satu, bulan dua, atau bulan-bulan berikutnya tergantung situasi.
"Belum. Maksudnya belum mau berkomentar tentang itu," katanya.
Sebelumnya, dalam akun twitter pribadinya @jokowi berharap isu reshuffle tak mengganggu kinerja para menteri. Ia juga menegaskan hal tersebut menjadi urusannya.
"Saya harap kita semua bekerja saja dengan baik. Urusan angkat dan ganti menteri biar jadi urusan saya -Jkw" tulisnya yang diunggah pada Rabu (6/1).
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menegaskan reshuffle merupakan hak prerogatif Presiden. Pramono juga menanggapi soal berbagai rumor yang beredar terkait reshuffle termasuk tentang susunan menteri yang akan direshuffle, pelaksanaan reshuffle yang sebelum 15 Januari 2016, tentang kemungkinan kader Golkar masuk dalam pemerintahan, hingga upaya untuk mengetahui pengedar rumor tersebut.
"Kalau siapa yang menyebarkan rumor itu enggak penting. Istana tidak tergantung pada rumor. Istana yang memutuskan. Maka ya rumor-rumor itu yang membuat ya orang yang kepingin jadi menteri tapi biasanya yang begitu enggak pernah kesampaian. Dijaminlah," kata Pramono.