REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Nepal pada pekan depan dijadwalkan memperbaiki dan membangun kembali jutaan rumah, yang rusak akibat gempa pada tahun lalu. Hal itu diungkapkan badan perumahan negara tersebut, Sabtu (9/1).
Bencana alam mematikan dan hanya menyiksakan ratusan rumah dari ribuan tersebut berlangsung hampir sembilan bulan lalu.
Guncangan dua kali, yaitu akhir April dan Mei, merenggut sembilan ribu jiwa dan melukai lebih dari 22 ribu serta menghancurkan lebih dari 900 ribu rumah, serta memaksa orang bertahan di suhu dingin ketika tinggal di penampungan sementara terbuat dari terpal dan seng.
"Kami sadar bahwa korban dalam kesulitan. Kami akan mulai pembangunan ulang pada 16 Januari," kata ketua Ahli Pembangunan Kembali Negara Sushil Gyewali
Badan itu diresmikan pada September tetapi pertengkaran politik menyebabkan perbaikan dengan dana 4,1 miliyar dolar AS dari bantuan negara lain tersebut tertunda.
UNICEF memperkirakan lebih dari 200 ribu keluarga terdampak gempa bumi masih tinggal di tempat penampungan di ketinggian 1.500 meter di mana cuaca ekstrem musim dingin berlanjut hingga Februari.
Menurut laporan media setempat penundaan perbaikan rumah itu mengakibatkan lusinan orang meninggal karena kedinginan, kebanyakan yang telah berusia 65 tahun.
Gyewali mengatakan agensi harus mulai melatih teknisinya, tukang batu dan teknisi lain dan mengirimkan mereka ke kawasan terparah yang dilanda bencana.