Selasa 12 Jan 2016 14:05 WIB

Isi Formulir Pendaftaran Program Eksodus Gafatar

Rep: Rizma Riyandi/ Red: achmad syalaby
Ketua Umum Gafatar Mahful M Tumanurung
Foto: gafatar.org
Ketua Umum Gafatar Mahful M Tumanurung

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Puluhan formulir pernyataan kesanggupan mengikuti program eksodus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berserakan di sebuah rumah yang terletak di Dusun Kadisoka RT02 RW04, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DIY, Selasa (12/1).

Lembaran formulir tersebut sudah lusuh karena terkena air hujan, namun isi tulisannya masih bisa terbaca jelas.Layaknya formulir pendaftaran sebuah program, berkas yang ditemukan di rumah yang diduga markas Gafatar ini memiliki kop surat berwarna oranye.

Pada bagian kop surat tertulis "Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Fajar Nusantara D.I.Yogyakarta". Di bagian awal formulir ada beberapa kolom yang harus diisi meliputi nama, usia, jabatan, struktur, alamat, dan catatan kesehatan khusus.

Kemudian bagian selanjutnya berupa pilihan pernyataan untuk mengikuti eksodus Gafatar, yaitu sanggup, ragu-ragu, dan menolak. Jika peserta eksodus sanggup berangkat, tercantum pula pilihan kendaraan untuk melaksanakan eksodus, berupa kapal laut, pesawat, lengkap dengan pernyataan kondisi keuangan siap atau belum siap. 

Selain itu ada pula kolom isian mengenai harta peserta eksodus. Berupa harta bergerak, tidak bergerak, dan dana cepat cair. Kemudian ada pilihan apakah harta tersebut akan dijual atau tidak. Apabila dijual, peserta wajib mengisi catatan nadzar kepada organisasi. Di kolom terakhir terdapat tulisan pemesanan tipe rumah tinggal, dengan pilihan harga senilai Rp 10 juta dan Rp 20 juta. 

Di bawah berkas tercatat sekretariat Gafatar yang beralamatkan Taman Kuliner K67, Condongcatur, Depok, Sleman, DIY. Dengan nomor telepon 0274-8571199.

Warga setempat Siti Nurjannah (59) menyampaikan, rumah yang bersebelahan dengan tempat tinggalnya itu kosong sejak akhir tahun 2015. Sebelumnya rumah milik Subardi itu dikontrakkan pada seseorang dan kemudian difungsikan sebagai home schooling.

"Di sini juga sering ada pertemuan. Sebenarnya kami sempat curiga. Tapi kegiatannya tidak pernah ganggu masyarakat jadi dibiarkan saja," tutur Nurjannah.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement