Oleh D Zamawi Imron
REPUBLIKA.CO.ID, Orang yang benar-benar beriman kepada Allah, akan bangun pagi, karena ia punya janji pada nuraninya sendiri untuk menghadap Allah dengan shalat Subuh. Sebelum ayam berkokok membelah kesunyian di akhir malam, sebelum burung-burung berkicau dan meninggalkan sarang, sebelum matahari memperlihatkan wajahnya di ufuk timur, orang yang beriman akan bangun terlebih dahulu.
Sebagai khalifah, seorang mukmin lebih mulia dari semua makhluk. Ketika azan berkumandang dari menara masjid, dia akan melepas selimutnya. Ia sadar, azan itu panggilan kebahagiaan abadi yang akan mempertemukan dirinya dengan Al-Khalik; pertemuan indah antara yang dicipta dan Sang Pencipta. Sebuah pencerahan bagi ''dunia dalam'' (rohani). Rohani yang tidak ingin kalah benderang dari matahari, dan suara nurani yang tidak ingin kalah merdunya dari kokok ayam jantan dan kicauan burung-burung.
Pada saat itu akan tampak orang beriman secara fitri menunjukkan dirinya ingin selalu tetap (bertahan) dalam kondisi ahsanu taqwim, sebaik-baik bentuk ciptaan Allah. Ia berwudlu untuk menyucikan bagian-bagian penting dari tubuhnya. Ini dilakukan dengan niat karena Allah: yakni menyucikan jasmani dengan dasar kesadaran rohani, lahir, dan batin menjadi kesatuan yang utuh.
Kemudian shalat Subuh dilaksanakan. Menghadap Allah pada akhir malam, sebelum siang datang. Shalat yang khusyuk akan melonggarkan seluruh cakrawala rohani, sehingga napas kehidupan akan terasa indah dan menyegarkan, seperti segarnya udara pagi. Sesudah shalat Subuh, dengan hati dan pikiran yang mantap ia siap menghadapi tuntutan hidup dengan bibir dan jiwa yang tersenyum.
Bukankah pepatah mengatakan: siapa yang sanggup tersenyum di pagi hari ia akan tersenyum sepanjang hari. Segenap gerakan, olah pikir, dan kucuran keringat akan menjadi bagian dari senyuman. Itulah vitalitas yang bisa ditimba dari hikmah bangun pagi dan shalat Subuh. Nabi Muhammad saw pernah bersabda, ''Apabila kamu selesai mengerjakan shalat fajar (Subuh), maka janganlah kamu tidur (lantaran malas untuk mencari rezekimu).'' (HR Thabarani)
Malas adalah penyakit yang sangat berbahaya, karena membuat orang suka melalaikan tugas hidupnya. Padahal, hidup ini adalah perjuangan mengisi umur dengan amal saleh. Kemalasan dan kelalaian akan mengakibatkan kerugian besar.
Berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan niat karena Allah. Seorang Mukmin yang sehat rohani dan jasmaninya tak boleh menjadi beban bagi orang lain. Malas, lalai, serta tidak rajin bekerja, harus diperangi dengan sikap dan semangat yang kuat untuk berbakti kepada Allah. Karena, Allah menyenangi orang yang senang beramal dan bekerja keras.
Orang yang bersemangat dalam bekerja berarti menyelaraskan diri dengan perintah Allah. Dengan demikian, hikmah shalat Subuh yang dikerjakan tepat waktu, dan anjuran Rasulullah saw untuk tidak tidur lagi sesudah subuh, menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai kerja keras. Dengan shalat Subuh, setiap Mukmin bisa memetik semangat sebagaimana semangat hidupnya Rasulullah SAW.