Rabu 13 Jan 2016 13:06 WIB

RFP Bertekad Satukan Semua Tokoh Agama

Rep: C35/ Red: achmad syalaby
Sekjen Religions for Peace, William Vendley memberikan sambutannya saat konsultasi internasional untuk aksi kemanusiaan lintas agama di Jakarta, Selaa (12/1).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sekjen Religions for Peace, William Vendley memberikan sambutannya saat konsultasi internasional untuk aksi kemanusiaan lintas agama di Jakarta, Selaa (12/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sekjen Religions for Peace (RFP) William Vandley menilai negasi dari satu kelompok agama dengan kelompok lain menimbulkan lingkaran setan yang semakin dalam. Hal inilah yang membuat RFP ingin mengajak seluruh tokoh agama dunia untuk mengubah lingkaran setan itu menjadi lingkaran kemaslahatan.

Dalam kesempatannya melakukan pertemuan internasional dengan 40 tokoh agama dunia di Jakarta pada 12-14 Januari, dia ingin menekankan bahwa semua permasalahan atas nama agama akan bisa terselesaikan jika seluruh tokoh agama bersatu. Hal itu pula yang dia sampaikan kepada Sekjen PBB Ban Kin Moon saat mereka makan siang, yaitu misinya untuk menjalin kerukunan dengan seluruh tokoh agama dunia. 

"Seperti di Amerika Serikat yang akan ada pemilihan presiden, dan salah satu kandidat mengatakan beberapa Muslim tidak diperkenankan masuk Amerika Serikat. Dan untuk kasus imigran misalnya, imigran dari Suriah yang beragama Kristen diberi kesempatan lebih banyak daripada Imigran Muslim," katanya dalam konferensi pers di Hotel Century Park, Jakarta, Selasa (12/1).

Fenomena-fenomena seperti itu menurut dia terjadi di berbagai tempat sehingga menjadi lingkaran setan. Satu-satunya cara untuk mengubah lingkaran setan itu yaitu dengan bersatunya seluruh tokoh agama dunia untuk menciptakan lingkaran kemaslahatan.

William mengaku datang ke Indonesia dengan dua tujuan yaitu untuk mengajak kerjasama dan berkeyakinan kerjasama itu akan mampu mentransformasi lingkaran setan menjadi lingkaran yang maslahat. Lingkaran maslahat itulah yang diharapkan dapat menjadi kebaikan bagi umat beragama.  

Dia kemudian mencontohkan peristiwa di Kenya, pada 21 Desember 2015 kelompok militan Somalia Al-Shabaab menembaki sebuah bus dan mereka memaksa penumpang untuk memisahkan diri sesuai agama masing-masing (Islam dan Kristen). Namun justru yang terjadi penumpang Muslim tersebut enggan memisahkan diri bahkan mereka melindungi penumpang Kristen dengan mengenakan jubah mereka untuk penumpang Kristen. Hal inilah yang diharapkan Vandley dalam kehidupan beragama, saling melindungi satu sama lain. 

Menurutnya, Indonesia sebagai penduduk dengan mayoritas beragama Islam, namun memiliki ideologi Pancasila dan memiliki undang-undang yang melindungi kemajemukan patut dijadikan teladan bagi negara-negara Muslim lainnya. "Indonesia harus memberikan contoh ke semua Muslim di dunia tentang keindahan (kerukunan) ini," tuturnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement