Jumat 22 Jan 2016 11:15 WIB

Buku PAUD Ajarkan Kekerasan Dilarang

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bilal Ramadhan
Anak-anak Rusun Jatinegara membaca buku di mobil Perpustakaan Keliling di Rusun Jatinegara, Jakarta, Senin (24/8).  (Republika/Yasin Habibi)
Anak-anak Rusun Jatinegara membaca buku di mobil Perpustakaan Keliling di Rusun Jatinegara, Jakarta, Senin (24/8). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengimbau dan melarang buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mengajarkan kekerasan. Pelarangan ini diperuntukkan baik dari aspek penerbitan, pendistribusian maupun digunakan dalam proses pembelajaran anak.

Pernyataan Kemendikbud ini juga merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 82 Tahun 2015, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindakan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan dan Panduan Singkat Bagi Para Guru dan Orangtua.

Dalam hal ini terutama pada bagian membicarakan Kejahatan teorisme dengan siswa dan anak-anak. Imbauan ini juga tertera dalam surat Nomor 109/C.C2/DU/2016, tentang Pelarangan Bahan Ajar PAUD Mengandung Unsur Kekerasan. Surat tersebut dikirimkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.

Direktur Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD-Dikmas), Harris Iskandar menerangkan, anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk pembentukan karakter dan budi pekerti.

“Oleh karena itu semua informasi yang diterima secara tayangan maupun tulisan seharusnya bebas dari unsur kekerasan, paham kebencian, SARA, dan pornografi,” ungkap Harris di Jakarta, Jumat (22/1).

Pernyataan ini diungkapkan Kemendikbud mengingat terdapat salah satu buku yang tidak diperkenankan digunakan sebagai bahan ajar seperti yang dilaporkan masyarakat. Buku tersebut berjudul Buku Anak Islam Suka Membaca, karangan Nurani Musta’in yang diterbitkan Pustaka Amanah, Solo Jawa Tengah cetakan 2013.

Di dalam buku tersebut tertulis kata dan kalimat yang dianggap dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak tentang unsur kekerasan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement