REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak faktor menyebabkan seseorang menjadi homoseksual. Di antaranya lingkungan, pola asul, role model dari teman-teman hingga pelecehan seksual ketika usia belia.
Psikolog Alfa Restu Mardhika mengatakan, homoseksual merupakan kelainan orientasi seksual yang bisa diterapi kalau yang bersangkutan ingin sembuh. Sebaliknya, jika seorang homoseksual tetap ingin menjadi gay, maka sebaiknya pasangan homoseksual tak mengadopsi anak.
"Anak yang diadopsi oleh pasangan homoseksual akan kebingungan dalam mempelajari peran. Misalnya anak yang diadopsi perempuan, ia akan sulit mengindentifikasi sikap sebagai perempuan karena tak ada ibu, sebagai perempuan yang memberi contoh memakai rok," katanya, Jumat, (22/1).
(Baca juga: Grup Konseling LGBT Muncul di Kampus UI).
Perkembangan bayi itu belajar dari ayah dan ibu. Misalnya anak perempuan memakai rok meniru ibunya. Kalau sudah menginjak usia sekolah, terang Alfa, anak yang diadposi oleh pasangan homoseksual akan rentan terkena perundungan (bullying) dari teman-temannya yang membicarakan soal ayahnya. Jika anak itu bisa mengeluarkan emosi dengan marah-marah mungkin tak masalah.
(Baca juga: Tawarkan Konseling, Pendiri SGRC-UI Ternyata Seorang Gay)
(Baca juga: Bahaya Jika Homo-Lesbian Sediakan Jasa Konsultasi LGBT)
"Hal yang berbahaya kalau anak tersebut memendam emosi. Makanya pasangan homoseksual sebaiknya tak mengadopsi anak sebab anak akan mengalami gangguan emosi," ujarnya.
Tak hanya itu, dia mengungkapkan, anak laki-laki yang diadopsi oleh pasangan homoseksual, ada kemungkinan ia pun akan menjadi gay. Karena anak itu belajar dari kedua orangtuanya.
(Baca juga: Alasan Kenapa Pasangan Gay Sering Membunuh).