REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Markas Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura, Pontianak kini dipenuhi oleh seribuan lebih warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mereka menunggu kepastian kapan akan dipulangkan ke tanah Jawa.
Setelah pembakaran kamp eks Gafatar di Mempawah, seluruh warga eks Gafatar yang berada di Kalimantan Barat dijemput oleh aparat untuk dibawa ke Bengkadam. Karena khawatir akan ada ancaman dari pihak yang menolaknya.
"Belum ada kepastian kapan, pernah pas kemarin sudah dibawa ke Bandara, tapi enggak jadi," kata Sumarno, salah satu eks Gafatar kepada Republika.co.id, saat ditemui di tempat penampungan eks Gafatar di Bekangdam, Ahad (24/1).
Sumarno tinggal di daerah Bengkawang, Sungai Jagad B. Baru tiga bulan, Sumarno meninggalkan tanah asalnya di Bogor Jawa Barat.
Menurut dia, seluruh harta bendanya di Bogor dijual untuk biaya hidup di Kalimantan Barat. Sumarno berpikir dengan menjual harta benda di Bogor yang tidak banyak, dapat membeli tanah berhektar-hektar di Kalimantan Barat.
"Saya juga enggak tahu bakal kejadian kayak gini. Ini belum terbayang ke depannya mau gimana," kata Sumarno yang tetap tampak tegar menunggu nasibnya.
Sumarno berangkat bersama istri dan ketiga anaknya. Dua anak diantaranya sudah bersekolah di tingkat SD dan SMP.
Surat kepindahan sekolah pun sedang dalam proses walaupun hingga kini belum rampung. Tapi entah apa yang akan dilakukan Sumarno terhadap pendidikan anaknya setelah kejadian ini. "Saya ikuti prosedur pemerintah maunya gimana aja dulu, tapi Insya Allah pasti ada jalan entah apa," katanya.
Sumarno pasrah akan dipulangkan ke Bogor. Walaupun Sumarno sendiri sudah tak memiliki tempat tinggal lagi. Sebab, tinggal di Kalimantan Barat juga tidak memungkinkan lagi. Karena adanya penolakan terhadap para eks Gafatar.
"Warga setempat sebenarnya baik, welcome, menerima, mungkin ada oknum yang tidak suka," katanya.