REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Support Group & Research Center on Sexuality Studies (SGRC) Universitas Indonesia (UI), Nadya Karima Melati menjelaskan, pihaknya tak mau bersikap panik terhadap pernyataan dari Humas UI yang mempermasalahkan penggunaan logo dan makara UI.
Lewat siaran persnya, Selasa (26/1), Nadya menjelaskan, Humas UI sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, dan bersikap sangat kooperatif selama dua tahun SGRC-UI berdiri. Kata dia, Humas UI pun hanya mempermasalahkan penggunaan nama UI bukan membubarkan atau mencekal kegiatan SGRC.
"Pihak Humas UI melalui pernyataan resminya mempermasalahkan penggunaan nama dan makara UI pada logo SGRC-UI. Tidak ada pencekalan atau pembubaran, jadi tidak usah terlalu panik,'' imbuhnya
Dia mengharapkan, penggunaan nama dan makara UI di SGRC-UI akan dapat segera diselesaikan. "Hbungan SGRC-UI dan Humas-UI bisa kembali harmonis seperti dulu,'' harapnya.
Mengenai alasan mengapa SGRC-UI menggunakan nama dan makara UI, Nadya menjelaskan bahwa SGRC-UI adalah komunitas/kelompok kajian yang dibangun secara otonom, sama seperti kelompok kajian lainnya.
SGRC-UI bukan komunitas kencan atau tempat mencari jodoh bagi kelompok LGBT, SGRC-UI merupakan kelompok kajian yang membahas isu gender dan seksualitas secara luas. Feminisme, hak tubuh, patriarki, gerakan pria, buruh dan wanita, kesehatan reproduksi, serta isu-isu lain yang terkait dengan gender dan seksualitas merupakan fokus kajian. ''Kami menolak jika lokus kajian SGRC-UI yang sangat luas dikerdilkan dengan menyebut SGRC-UI sebagai komunitas LGBT,'' jelasnya.
Dia menjelaskan, SGRC-UI memiliki struktur organisasi yang jelas, mission statement, dan timeline kegiatan. Semua dapat diakses di sgrcui.wordpress.com. ''Kami bukan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan tidak berencana untuk menjadi UKM.
"Pendiri dan anggota SGRC-UI merupakan mahasiswa, alumni, serta dosen dari Universitas Indonesia. Kegiatan kami juga berbasis di wilayah kampus UI. Poin inilah yang menjelaskan kenapa kami menggunakan UI di dalam nama komunitas kami,'' papar Nadya.
'Kedepannya kami akan melakukan diskusi dengan pihak humas UI terkait penggunaan nama dan makara. Namun satu hal yang pasti, misi kami untuk menyediakan tempat dan pusat informasi bagi akademisi UI yang ingin mengetahui isu-isu terkait gender, seksualitas, dan kesehatan reproduksi,'' kata Nadya.