REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi pada Kamis (28/1). Peluang penguatan akan dibayangi aksi ambil untung.
"IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4550 hingga 4620 rawan koreksi," ungkap Analis First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Kamis (28/1).
IHSG pada perdagangan kemarin berhasil menguat 73 poin atau naik 1,6 persen di 4583,628. Ini merupakan posisi penutupan tertinggi sejak perdagangan 7 Januari lalu.
Saham sektoral yang menjadi penopang penguatan IHSG adalah sektor barang konsumsi, semen, dan manufaktur. "Penguatan IHSG kemarin seiring dengan redahnya risiko pasar saham kawasan Asia," kata David.
Saat ini, menurutnya, pasar yang tengah menanti hasil pertemuan the Fed optimistis, bank sentral AS itu akan menahan tingkat bunganya pada level saat ini di 0,5 persen. Hal ini mendorong penguatan mata uang emerging market kemarin.
"Itu termasuk rupiah atas dolar AS yang menguat 0,24 persen di Rp13871. The MSCI Emerging Market Index kemarin sore pun menguat 0,9 persen di 714,91," kata dia.
Sementara pasar saham global tadi malam bergerak bervariasi. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro menguat 0,35 persen. Di Wall Street indeks DJIA dan S&P kembali koreksi masing-masing 1,4 persen dan 1,1 persen. Adapun harga minyak mentah rebound 1,8 persen di 32,01 dolar AS per barel.
"Indeks saham di Wall Street terkoreksi terutama merespon pernyataan the Fed yang mengindikasikan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global akan berdampak pada pemulihan ekonomi AS. The Fed tadi malam memutuskan menahan tingkat bunga FFR di 0,5 persen," kata David.