REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Muna Adan, pelajar Inggris berusia 18 tahun merasa sedih dan kecewa melihat stigma yang melekat pada Muslim saat ini. Pelajar A-Level tersebut berinisiatif menunjukkan Muslim tak identik dengan terorisme, radikalisme, dan kekerasan. Remaja itu kemudian melakukan aksi memberikan pelukan di Trafalgar Square, London, dengan mata tertutup.
Aksinya dilakukan pada Sabtu (23/1) pekan lalu mendapat respon luar biasa, bahkan viral di media sosial. “Untuk banyak orang yang belum mengenal Islam dan Muslim secara langsung, itu yang mereka pikirkan,” ujar Adan menanggapi stigma radikal yang dihadapi Muslim saat ini.
“Saya hanya menunjukkan kami tidak kejam. Saya ingin agama saya yang dianggap buruk ini dipandang lebih baik melalui apa yang saya lakukan.”
Matanya yang ditutup kain merupakan suatu pesan bahwa Adan tidak akan menilai, menghakimi, dan memandang siapapun yang memeluknya. Ia tidak akan menilai mereka dari ras maupun agama masing-masing.
Dalam aksinya bertajuk ‘Saya Seorang Muslim, dan Bukan Teroris. Jika Anda percaya saya, Berikan Saya Pelukan’ itu Adan membawa seorang teman untuk berjaga-jaga adanya situasi buruk menimpa. Ia mengatakan sempat merasa gugup, dan tidak menyangka antusiasme masyarakat begitu positif. Sejak siang ia memulai aksi, pelukan demi pelukan diterimanya.
“Saya hanya mengharapkan beberapa pelukan, tetapi tidak memikirkan efeknya begini besar. Ketika saya memulai, saya langsung mendapat sebuah pelukan, dan itu terus terjadi,” ceritanya.
Walau mendapat respon positif dari rekan-rekan sesama Muslim, beberapa komentar negatif yang kurang menyetujui tindakannya bermunculan. Beberapa orang mengatakan tidak seharusnya ia memeluk laki-laki asing. Namun Adan memahami kritik tersebut.