REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi meminta seluruh umat Muslim, terutama kalangan muda agar berhati-hati memaknai perayaan hari kasih sayang atau valentine. Menurut dia, jangan sampai simbol-simbol perayaan, justru menyeret mereka ke dalam hal-hal atau kegiatan yang negatif.
Ia mengungkapkan, Islam tidak mengenal perayaan hari kasih sayang atau valentine. “Dalam Islam, kasih sayang itu harus dilakukan setiap saat. Tidak perlu menunggu perayaan seperti hari valentine,” ujar Abdullah pada Republika.co.id, Senin (8/2).
Menurutnya, perayaan hari valentine adalah bentuk manipulasi yang diciptakan untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Karena nyatanya, dia mengatakan, perwujudan atau perayaan hari kasih sayang, justru kerap mendorong seseorang untuk larut dalam kegiatan-kegiatan negatif.
(Baca Juga: Islam tak Mengenal Perayaan Hari Valentine).
“Misalnya menggelar pesta-pesta, saling bermesraan walaupun bukan muhrim. Seolah-olah mewujudkan hari kasih sayang, tapi praktiknya kerap tidak sesuai dengan ajaran agama” jelas Abdullah.
Atas dasar itulah, ia meminta umat Muslim agar mencermati lagi apa sebenarnya makna perayaan hari kasih sayang atau valentine. Sebab, selain tidak diperkenalkan oleh ajaran Islam, pada praktiknya, perayaan tersebut juga kerap menonjolkan hal atau kegiatan negatif.