REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Hana Assafiri, Muslimah pemilik rumah makan Maroko di Melbourne, Australia, mencetuskan acara untuk menghapuskan stigma negatif terhadap umat Islam, terutama Muslimah.
Assafiri mengumpulkan Muslimah dan setelah hidangan restoran itu disiapkan. Selanjutnya, sekelompok pria dan wanita non-Muslim datang berbaur sehingga acara tanya jawab dengan Muslim resmi dibuka.
“Tidak ada yang tidak bisa ditanyakan, dan pertanyaan Anda boleh blakblakan dan berterus terang,” ujar Assafiri, dilansir dari The Guardian.
“Aturannya hanya kita semua harus saling menghormati. Dengan sopan, kita boleh bertanya kenapa Muslimah mengenakan hijab, apakah mereka tidur mengenakannya, apa mereka mandi pun mengenakannya. Fokus dari acara ini adalah meluruhkan dinding-dinding yang memisahkan dan ada di lingkungan ini, lingkungan yang semakin memarginalkan Muslimah.”
Assafiri juga menegaskan di dalam Islam tidak ada yang menganggap sakral penyiksaan terhadap wanita.
Konsultan pluralisme dan kesetaraan gender, Maria Dimoploulos telah dua kali menghadiri acara di Melbourne Utara ini. Pertama kali Dimopoulos hadir, ia ingat ada seorang pria yang mengatakan tidak akan memandang Muslimah dalam pandangan yang sama seperti sebelumnya.
“Selama ini ia berpikir wanita Muslim tidak memiliki keinginan sendiri dan hanya bisa mematuhi suaminya. Pendapatnya dipatahkan,” tutur Dimopoulos.
Dimopoulus sendiri memiliki pertanyaan-pertanyaan untuk Muslimah. Ia sebelumnya bertanya-tanya apakah hijab yang dikenakan mereka merupakan bentuk menjelek-jelekkan feminisme. Namun setelah menghadiri obrolan santai itu, ia pun mendapatkan jawaban bahwa hijab mengungkapkan dimensi baru dalam feminisme, hijab dapat memberikan kedaulatan bagi wanita sendiri.