Rabu 10 Feb 2016 20:20 WIB

Walhi Tuding Penyebab Banjir Sumbar Akibat Aktivitas Tambang

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: M Akbar
Logo Walhi
Logo Walhi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat menganalisa banjir yang melanda sejumlah daerah di provinsi tersebut ternyata disebabkan kerusakan lingkungan yang terjadi sejak lima tahun terakhir.

''Bencana ekologis di daerah ini adalah banyaknya aktifitas tambang di kawasan hutan dan daerah aliran sungai di Sumatra Barat sejak 2009,'' kata Direktur Eksekutif WALHI Sumbar, Uslaini, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Rabu (10/2).

Uslaini mengatakan di Kabupaten Solok Selatan terdapat 22 Izin Usaha Pertambangan (IUP). Masing-masing, sembilan IUP di Kecamatan Sangir Batanghari, empat IUP berstatus operasi produksi dan lima berstatus eksplorasi, dengan komoditas emas, logam dan galena. Kemudian, di Kecamatan Sungai Pagu, terdapat tujuh IUP dengan komoditas emas, bijih besi dan logam dasar, di mana tiga IUP operasi produksi dan empat IUP eksplorasi.

Di Kecamatan Sangir, terdapat satu IUP tambang emas dan di Kecamatan Pauh Duo terdapat tiga IUP tambang bijih besi dan logam dengan status eksplorasi dengan total wilayah izin usaha pertambangan seluas 31.480 hektar (ha).

Sementara itu, Uslaini menjelaskan di Kabupaten Solok, aktifitas tambang juga marak di Kecamatan Lembah Gumanti. Di Kecamatan itu, ujar dia, terdapat 13 IUP dengan komoditas tembaga, kalsit, besi dan bijih besi, di mana 10 IUP telah melakukan kegiatan operasi produksi dan tiga IUP berstatus eksplorasi dengan luas wilayah IUP sebesar 1.028 ha.

Selain di Kecamatan Lembah Gumanti, ia melanjutkan, aktifitas tambang juga dilakukan sejak 2009 di Nagari Lolo, Kecamatan Pantai Cermin. Di Nagari Lolo, terdapat 11 IUP, di mana 10 IUP sudah melakukan aktifitas pertambangan sejak 2009 dan 2010 untuk komoditas tembaga, besi dan bijih besi sementara satu IUP masih berstatus eksplorasi dengan luas wilayah izin usaha pertambangan sebesar 752,7 ha.

''Aktifitas tambang terbuka yang dilakukan selama lima tahun terakhir, dengan membuka kawasan yang dulunya memiliki tutupan vegetasi, memberi pengaruh terhadap kemampuan alam dalam menyerap air hujan dan aliran permukaan,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement