Jumat 12 Feb 2016 16:15 WIB

MUI Padang: Perayaan Valentin Picu Kegaduhan Moral

Red: M Akbar
Sejumlah siswa dari SMA Mujahiddin Surabaya menggelar aksi menolak perayaan Hari Valentine di Taman Bungkul, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/2).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sejumlah siswa dari SMA Mujahiddin Surabaya menggelar aksi menolak perayaan Hari Valentine di Taman Bungkul, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Duski Samad menegaskan tidak perlu merayakan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang pada 14 Februari karena memicu kegaduhan moral di masyarakat.

"Kasih sayang memang sah-sah saja namun yang bermasalah ialah mengatasnamakan hari valentine untuk tindakan tak bermoral, maksiat dan zina," katanya di Padang, Jumat (12/2).

Ia menambahkan sebenarnya tidak ada akar budaya, sosial dan agama dalam merayakan hari tersebut karena seakan-akan kasih sayang hanya ada di hari itu saja. "Berbagi ialah tradisi kehidupan, dilakukan kapan saja dalam Islam. Berbaik dengan sesama itu sepanjang waktu, bukan satu hari saja," ujarnya.

Jika dilakukan pembiaran terhadap perayaan Valentine, ditakutkan malah terjadi tuna moral yang seolah memberi kesempatan adanya hubungan lawan jenis yang merusak moral termasuk para generasi muda. (Baca: PKS Minta Walkot Palembang Larang Perayaan Valentine's Day)

Terkait saling berbagi coklat, bunga atau hadiah lainnya di Hari Valentine, ia menilai tidak ada yang salah dalam pemberian hadiah antarsesama, namun perlu dipahami kasih sayang bukan hari itu saja dan tiap indivindu harus bisa menjaga moral.

Ia mengimbau masyarakat termasuk pemuda setempat, jangan sampai hari itu dijadikan puncak hancurnya moral. Cukuplah hargai dan terapkan norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

"Perlu juga untuk mewaspadai keberadaan kafe di kawasan Bungus yang dikenal sebagai tempat maksiat. Pemerintah perlu waspada dan mengantisipasi," tegasnya.

Anggota DPRD Padang, Iswandi juga mengimbau masyarakat setempat terutama generasi muda agar tidak terjebak dalam perayaan hari valentine yang memang tidak perlu dan tidak diperkenankan dalam Islam.

"Kecenderungan generasi muda menganggap hari itu hanya sebagai pendorong atau pembuka pintu maksiat saja," ujarnya.

Menurutnya, generasi muda harus lebih bijak dan memahami sejarah dari Hari Valentine itu sendiri, apalagi hidup di Minangkabau sangat diikat oleh adat dan agama.

"Jangan sampai moral masyarakat dirusak dengan perayaan semacam itu," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement