Sabtu 13 Feb 2016 06:01 WIB

Pilihan Investasi yang Dinilai Beri Hasil Positif Tahun Ini

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Merencanakan keuangan dengan bantuan reksadana.
Foto: Republika/Prayogi
Merencanakan keuangan dengan bantuan reksadana.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG --  Tahun ini, perekonomian Indonesia diprediksi akan membaik, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pergerakan positif ini, didorong oleh upaya investasi infrastuktur pemerintah dan pihak swasta.

Menurut Pengamat Ekonomi Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra optimistis, tahun ini ekonomi nasional akan tumbuh 5,2 persen. Perlambatan ekonomi global, masih akan bergulir hingga tahun depan. Tapi Indonesia akan jauh lebih siap di tahun ini. Karena, beberapa proyek pembangunan sudah dimulai sejak awal tahun.

"Bahkan ketika perekonomian global melemah, nilai tukar rupiah dalam sepekan ini terus menguat,” ujar Aldian, pada Edukasi Keuangan Tahunan Wealth on Wealth (WOW) Standard Chartered Bank di Hotel Hilton, Jalan HOS Cokroaminoto Bandung, Jumat (12/2).

Aldian mengatakan, di 2016 pemerintah mengantongi berbagai strategi untuk menggairahkan kembali ekonomi nasional. Salah satunya, siap menggelotorkan dana belanja modal senilai Rp 313 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Dorongan positif lain, penurunan harga jual minyak dunia, yang berpotensi membuka peluang menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM).

Bahkan, kata Aldian, tidak tertutup kemungkinan, Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuannya, yakni Suku Bunga Bank Indonesia (SBI). Prediksinya SBI kembali turun menjadi 6,75 persen. Dengan demikian, ketika SBI turun, maka suku bunga deposito pun akan menyesuaikan.

“Sebaiknya masyarakat melakukan diversifikasi investasi, baik dalam bentuk reksa dana, asuransi, maupun obligasi pemerintah," katanya.

Perkembangan reksa dana di negara ini, kata dia, cenderung positif. Ia merinci, periode 2008-2014 secara rata-rata pertumbuhan reksa dana kapitalisasinya mencapai Rp 275triliun atau setara 20 persen. Tapi pada 2015, pertumbuhannya melambat, yaitu sebesar 13 persen.

Aldian mengatakan, investasi dalam reksa dana dapat memberi keuntungan bagi para nasabahnya. Saat ini, suku bunganya menarik, yakni 7-8 persen. "Tentu angka ini paling diminati investor dari reksa dana saham,” katanya.

Chief Executive Officer  Standard Chartered Indonesia Shee Tse Koon, mengatakan Indonesia saat ini mendapatkan rating cukup baik dalam pertumbuhan kredit di Standard Chartered Indonesia. Nilainya AAA dari Moody's, BBB dari Fitch, dan BB+ dari S&P. Ini menunjukkan, tingkat kepercayaan investor cukup baik kepada Indonesia. Berbagai kemajuan dan terobosan juga dilakukan oleh para pemimpin di daerah.

“Perubahan dan penyesuaian terjadi di berbagai lini," katanya.

Hal ini, kata dia, menunjukkan geliat positif terhadap perkembangan ekonomi. Oleh karena itu, dari tahun ke tahun pihaknya  rutin menghadirkan berbagai solusi investasi terbaik, untuk mendukung perencanaan keuangan para nasabah. "Upaya ini juga disesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan masing-masing,” kata Koon.

Executive Director and Head weath management Standard Chartered Bank Indonesia, Bambang Simon Simarno  menambahkan, pihaknya menawarkan 50 jenis produk reksa dana dan 20 produk asuransi. Di tahun ini, banknya akan terus menggenjot produk reksa dana sebagai alternatif investasi di Indonesia.

“Di tahun 2015, produk investasi reksa dana jumlahnya  baru 0,5 persen, dengan nasabah sekitar 300 ribu orang," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement