REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Tika Bisono mengatakan, perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dapat disembuhkan. Menurutnya, lama tidaknya penyembuhan perilaku itu tergantung dari kondisi gangguan atau penyimpangannya.
Menurutnya, ada dua cara penyembuhan. Pertama, terapi psikologi untuk mereka yang terpengaruh karena lingkungan. Dan, kedua, untuk mereka yang mengaku karena hormon kemungkinan masih dapat disembuhkan dengan terapi hormon.
"Jadi, kalau lingkungan bisa terapi secara psikologis, dan kalau hormon bisa terapi secara hormonal di rumah sakit," ujarnya, Senin (15/2).
Tika mengatakan, kemungkinan mereka yang memiliki penyimpangan karena hormon bisa disembuhkan. Namun, itu memerlukan upaya agar mereka tidak berada di tengah-tengah lagi. Kata dia, transgender itu salah satunya, dan kalau memang ingin berubah, dapat dilakukan secara klinis kalau hormonnya benar-benar menunjang.
"Banyak yang terapi hormon. Kalau mau memilih salah satu, yaitu terapi hormon," katanya menjelaskan.
Berdasarkan terapi tersebut, untuk kesembuhan lama atau sebentar, tergantung dari kondisi gangguan atau penyimpangannya. Banyak yang bisa diluruskan kembali, terutama mereka yang berada di persimpangan. Jadi, kata Tika, nantinya mereka tidak bingung lagi berada di tengah-tengah.
Tika juga menjelaskan, banyak perilaku LGBT lebih banyak terjadi karena salah bergaul dan kebiasaan daripada masalah hormon. Untuk dapat menyembuhkan mereka, perlu dilihat berapa lamanya (berprilaku LGBT), tergantung dari gaya hidup mereka.
"Kemudian, orang tersebut bersedia diberikan terapi atau tidak?" katanya.
Ia menerangkan, psikoterapi terkait LGBT sudah ada ratusan tahun. Di Indonesia, sudah cukup banyak yang dapat melakukan terapi hormon. Ada yang kembali dan memilih tidak di persimpangan lagi.