REPUBLIKA.CO.ID, COLOGNE -- Sebanyak tiga dari 58 tersangka yang ditangkap dalam serangan pelecehan seksual massal di Cologne pada malam tahun baru adalah pengungsi. Selama ini, pengungsi disalahkan atas lebih dari 1.000 laporan pencurian, pelecehan seksual dan pemerkosaan di stasiun kereta api pusat Cologne.
Tuduhan ini memicu pengerasan sikap terhadap kebijakan pintu terbuka Kanselir Angela Merkel. Terbukti, hanya tiga pengungsi yang merupakan dua warga Suriah dan satu Irak. Mereka baru saja tiba di Jerman.
Sebagian besar tersangka adalah mereka yang berasal dari Aljazair, Tunisia atau Maroko dan tiga warga negara Jerman. Berbicara kepada surat kabar Jerman Die Welt, Jaksa Penuntut Umum Cologne Ulrich Bremer mengatakan dari 1.054 pengaduan diterima, 600 terkait pencurian bukan pelanggaran seksual.
Meski kepala polisi Cologne Jurgen Mathies mengaku belum pernah melihatnya di Jerman sebelumnya. Ia mengatakan, tidak ada bukti serangan itu direncanakan dan percaya bila hal tersebut ditularkan melalui jaringan sosial.
"Beberapa orang memang pada kenyataannya berkata, 'Hei, kita akan ke Cologne, akan ada pesta besar'," jelas Mathies dilansir The Independent, Senin (15/2).
Meskipun demikian, kelompok ekstrem kanan Jerman telah memanfaatkan peningkatan rasa ketidakpercayaan terhadap pengungsi. Jerman melihat adanya lonjakan dalam serangan pembakaran di rumah pengungsi sejak insiden Cologne. Mereka main hakim sendiri dan mengancam akan 'membersihkan' Cologne.
Baca juga: Pemerintah Persatuan Libya Akhirnya Terbentuk