REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar membutuhkan pemimpin yang bukan hanya sekadar memenuhi syarat standard sebagai calon ketua umum. Sosok yang nantinya terpilih menjadi 'Beringin 1' utamanya harus mempunyai moral kepemimpinan tinggi, karakter kepemimpinan kuat serta mampu mengayomi.
Terkait dengan itu, seharusnya para calon ketua umum dengan sadar dan jujur harus menjawab empat pertanyaan berikut ini.
"Pertama, saya akan menjadi Ketua Umum untuk kepentingan siapa? Kepentingan pribadi, bisnis, keluarga, kelompok, atau kepentingan partai?," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Riau Ahmad Doli Kurnia, semalam.
Kedua, berhubungan dengan itu, apabila nantii sosok tersebut terpilih menjadi ketua umum, apakah dia menjadi benefit atau malah menjadi beban bagi partai. Ketiga, apakah dia punya visi, konsep, inovasi, dan kreativitas untuk memajukan partai.
Keempat, apakah dia siap apabila dituntut meninggalkan semua jabatan publik untuk fokus dan berkonsentrasi mencurahkan seluruh perhatian dan energi untuk partai.
Inisiator Generasi Muda Partai Golkar tersebut mengatakan apabila ada calon yang selama ini pernah, sedang, dan akan berpotensi terjerat masalah hukum, dikenal punya rekam jejak suka memecah belah organisasi, atau dapat diindikasikan selalu ingin mengambil keuntungan (baik bisnis, kekuasaan, politik) mengatasnamakan organisasi, maka sebaiknya mengurungkan niatnya untuk maju.
"Karena itu akan menjadi beban partai, menghambat kemajuan partai, dan bahkan dapat menghancurkan masa depan partai," ujar Doli.
Hingga kini baru enam orang yang serius melakukan persiapan dan pergerakan sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar. Mereka adalah Ade Komaruddin, Airlangga Hartarto, Azis Syamsudin, Idrus Marham, Mahyudin, dan Setya Novanto.